KONTAN.CO.ID - DW. Proyek sukses. Roket Saturn V setinggi 110 meter seberat 3.000 ton meluncur dari Cape Canaveral ke ruang angkasa pada tanggal 16 Juli 1969. Tiga astronot berada dalam Apollo 11. Tujuannya: Bulan. Amerika Serikat berambisi, misi harus sukses. Empat hari kemudian, terbukti misi sukses. Wernher von Braun sebagai konstruktor roket mencatatkan diri dalam sejarah, sebagai orang yang sukses mengantar pendaratan manusia pertama di bulan. Perlombaan kuasai antariksa
Sukses pendaratan pertama manusia di bulan, menunjukkan bahwa Amerika Serikat memenangkan perlombaan global kuasai ruang angkasa. Sebelumnya, misi-misi antariksa Uni Sovyet selalu unggul dan berada di depan.
Baca Juga: S-400, Rudal Super Canggih Produksi Rusia yang Buat Turki Berpaling dari AS Dimulai dengan sukses meluncurkan satelit tak berawak Spunik pada tahun 1957, disusul dengan misi-misi berikutnya. Tahun 1961, Uni Sovyet membuat dunia kembali terpana, dengan meluncurkan kosmonot Yuri Gagarin sebagai orang pertama yang mengorbit ruang angkasa. Inilah tekanan politik yang membuat pemerintah AS saat itu mengucurkan dana cukup besar untuk mendukung impian Von Braun dan juga ambisi Amerika Serikat. Yakni mendaratkan manusia pertama di bulan. Hidup untuk roket Sejak kecil Wernher von Braun sangat terobsesi oleh roket. Roket pertama buatannya diluncurkan ke langit Berlin saat ia berusia 17 tahun. Lulus sebagai insinyur dari Technische Hochschule Berlin, dan mendirikan "perhimpunan untuk misi luar angkasa."
Baca Juga: Pemerintah Indonesia dan China bahas kerja sama peluncuran satelit Bulan April 1932, sebelum Hitler berkuasa, von Braun kedatangan tiga orang tamu tak diduga. Dengan berpakaian sipil, tiga pejabat dinas persenjataan angkatan darat menemuinya untuk membicarakan cara mengelak dari Kesepakatan Versailles, yang ditandatangani Jerman sebagai negara yang kalah perang dunia pertama. Kesepakatan itu melarang Jerman untuk memproduksi dan menggunakan pesawat terbang serta senjata artileri berat. Namun dalam kesepakatan Versailles tidak diatur mengenai roket atau peluru meriam yang bisa terbang sendiri. Senjata pemusnah massal Bagi konstruktor muda Werhner von Braun, ini kesempatan besar untuk melakukan eksperimen roket. Ia kemudian masuk menjadi anggota partai NSDAP dan menjadi perwira pasukan elit SS. Tahun 1937 ia memimpin dinas ujicoba roket terbesar di Peneemunde di Jerman utara.
Baca Juga: NASA sediakan paket liburan ke luar angkasa, berminat? Hasil karya von Braun adalah "senjata ajaib” NAZI Jerman yang disebut Roket V1 dan V2, yang singkatan dari Vergeltungswaffe, atau senjata pembalasan. Roket itu jadi senjata pemusnah massal yang menewaskan antara 8.000 hingga 12.000 orang di Antwerpen, Belgia dan London, Inggris. Antara 10.000 hingga 20.000 pekerja paksa meninggal di pabrik bawah tanah lokasi produksi roket. Kembali ke impian ruang angkasa Terlepas dari perang dan ribuan korban tewas, von Braun tetap terobsesi dengan impiannya, yakni misi ke luar angkasa. Tanggal 3 Oktober 1942, ujicoba Roket V-2 mencapi ketinggian 84,5 kilometer yang merupakan batas ruang angkasa.
Tapi situasi perang dunia kedua menunjukkan, NAZI Jerman makin terdesak di segala front dan nyaris kalah. Tanggal 2 Mei 1945, Wernher von Braun dan sejumlah ilmuwan dari timnya, menyerahkan diri kepada pasukan AS di Tirol. Alasan von Braun untuk menyebrang ke AS adalah: "Negara saya dua kali kalah perang dunia. Kali ini saya ingin berdiri di pihak yang menang."
Baca Juga: Korea Utara luncurkan proyektil tak dikenal, Semenajung Korea kembali memanas Militer AS menerima dengan tangan terbuka dan mengenali bakat serta kecerdasan von Braun. Tahun 1955 ia mendapat kewarganegaraan AS, tanpa melihat masa lalunya sebagai anggota NAZI. Setelah sukses dengan misi Apollo 11 dengan pendaratan pertama manusia di bulan, pada tahun 1970 von Braun diangkat jadi direktur perencanaan NASA. Tapi eforia misi ke bulan memudar dan anggaran militer dialihkan untuk perang Vietnam yang saat itu memasuki masa anti-klimaks bagi AS. Wernher von Braun, bapak program senjata roket NAZI sekaligus bapak program pendaratan pertama manusia di bulan meninggal tahun 1977 di Virgnia, AS, akibat penyakit kanker. Hingga meninggal, von Braun tetap berpendapat, "Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak mengenal dimensi moral". Walaupun ia juga mengakui, bekerja bersama rejim NAZI, ibarat mengikat perjanjian dengan iblis.
Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti