Minat pelajar Indonesia menimba ilmu ke luar negeri membuat jasa konsultan pendidikan luar negeri kian dicari. Para konsultan tidak hanya mendapat bayaran dari calon siswa saja, mereka juga mendulang fulus berupa fee dari sekolah atau universitas tujuan calon siswa.Tuntutlah ilmu walau ke negeri China. Tamsil ini tentu sudah akrab di telinga kita. Pepatah ini menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh mungkin meski harus menyeberang lautan.Tamsil itu memang bisa menjadi spirit siswa-siswi kita untuk belajar ke luar negeri. Walaupun jauh dan mahal, peminat studi ke luar negeri tetap ada terutama mereka yang berkantong tebal.Ketertarikan belajar ke luar negeri itu ternyata mengundang rezeki bagi mereka yang menyediakan usaha konsultasi pendidikan luar negeri. Para konsultan ini memberikan informasi sekolah, jurusan hingga persyaratan. Ada juga konsultan yang langsung membekali calon siswa dengan kemampuan akademik agar lulus di institusi pendidikan tujuan.Tak hanya itu, calon siswa juga dibekali pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya negara tujuan. "Informasi yang diberikan bertujuan untuk memudahkan siswa belajar di luar negeri," kata Susy Taviana, Higher Education Student Recruitment and Admission Manager Unipred, salah satu konsultan pendidikan ke Australia.Susy menyediakan sejumlah paket program konsultasi, seperti paket persiapan menempuh pendidikan sarjana di Australia. Paket ini biayanya US$ 10.000-US$ 12.000 untuk jangka waktu 6 -10 bulan. "Kami meningkatkan kemampuan akademis agar lulus tes," kata Susy.Ada juga program konsultasi gratis bagi calon pelajar yang ingin melanjutkan S-2. Konsultan biasanya mendapatkan fee dari institusi pendidikan yang dituju siswa itu. "Setelah siswa konsultasi dan lulus, kami dapat fee dari universitas tujuan," jelas Susy. Besaran fee tergantung kerja sama konsultan dan institusi pendidikannya. Biasanya angka fee di kisaran 10% dari biaya masuk siswa ke universitas tujuan. Contoh, jika uang masuk universitas US$ 50.000, konsultan dapat US$ 5.000 Mimi Ang, Branch Manager ANZ Education Center, yang juga konsultan pendidikan bilang, pihaknya sudah memiliki kerja sama dengan kampus tertentu di luar negeri. "Jika klien kami lulus, nanti ada fee dari kampus tujuan," kata Mimi.Menurut Mimi, menjadi konsultan mesti mampu menjawab keingintahuan calon siswa. Tidak hanya itu, konsultan juga mesti bisa melihat kemampuan calon siswa agar bisa mengarahkan lembaga pendidikan yang tepat. "Dengan begitu, konsultan bisa menyesuaikan kemampuan siswa dengan sekolah tujuan," kata Mimi. Sejauh ini, ANZ sudah bekerja sama dengan institusi pendidikan di Australia, Malaysia, dan Singapura.Pengamat pendidikan Dan Satriana menambahkan, pekerjaan konsultan pendidikan itu tidak hanya memberikan informasi soal sekolah saja. Tapi juga soal sosial dan kebudayaan di negara tujuan. Namun begitu, ia mengkritisi banyaknya konsultan pendidikan ke luar negeri belakangan ini. "Karena ada konsultan yang tidak independen. Mereka ini cenderung mempromosikan sekolah atau universitas tertentu saja," kritik Dan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Konsultan yang mengutip fulus hasil menuntun siswa studi ke luar negeri
Minat pelajar Indonesia menimba ilmu ke luar negeri membuat jasa konsultan pendidikan luar negeri kian dicari. Para konsultan tidak hanya mendapat bayaran dari calon siswa saja, mereka juga mendulang fulus berupa fee dari sekolah atau universitas tujuan calon siswa.Tuntutlah ilmu walau ke negeri China. Tamsil ini tentu sudah akrab di telinga kita. Pepatah ini menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh mungkin meski harus menyeberang lautan.Tamsil itu memang bisa menjadi spirit siswa-siswi kita untuk belajar ke luar negeri. Walaupun jauh dan mahal, peminat studi ke luar negeri tetap ada terutama mereka yang berkantong tebal.Ketertarikan belajar ke luar negeri itu ternyata mengundang rezeki bagi mereka yang menyediakan usaha konsultasi pendidikan luar negeri. Para konsultan ini memberikan informasi sekolah, jurusan hingga persyaratan. Ada juga konsultan yang langsung membekali calon siswa dengan kemampuan akademik agar lulus di institusi pendidikan tujuan.Tak hanya itu, calon siswa juga dibekali pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya negara tujuan. "Informasi yang diberikan bertujuan untuk memudahkan siswa belajar di luar negeri," kata Susy Taviana, Higher Education Student Recruitment and Admission Manager Unipred, salah satu konsultan pendidikan ke Australia.Susy menyediakan sejumlah paket program konsultasi, seperti paket persiapan menempuh pendidikan sarjana di Australia. Paket ini biayanya US$ 10.000-US$ 12.000 untuk jangka waktu 6 -10 bulan. "Kami meningkatkan kemampuan akademis agar lulus tes," kata Susy.Ada juga program konsultasi gratis bagi calon pelajar yang ingin melanjutkan S-2. Konsultan biasanya mendapatkan fee dari institusi pendidikan yang dituju siswa itu. "Setelah siswa konsultasi dan lulus, kami dapat fee dari universitas tujuan," jelas Susy. Besaran fee tergantung kerja sama konsultan dan institusi pendidikannya. Biasanya angka fee di kisaran 10% dari biaya masuk siswa ke universitas tujuan. Contoh, jika uang masuk universitas US$ 50.000, konsultan dapat US$ 5.000 Mimi Ang, Branch Manager ANZ Education Center, yang juga konsultan pendidikan bilang, pihaknya sudah memiliki kerja sama dengan kampus tertentu di luar negeri. "Jika klien kami lulus, nanti ada fee dari kampus tujuan," kata Mimi.Menurut Mimi, menjadi konsultan mesti mampu menjawab keingintahuan calon siswa. Tidak hanya itu, konsultan juga mesti bisa melihat kemampuan calon siswa agar bisa mengarahkan lembaga pendidikan yang tepat. "Dengan begitu, konsultan bisa menyesuaikan kemampuan siswa dengan sekolah tujuan," kata Mimi. Sejauh ini, ANZ sudah bekerja sama dengan institusi pendidikan di Australia, Malaysia, dan Singapura.Pengamat pendidikan Dan Satriana menambahkan, pekerjaan konsultan pendidikan itu tidak hanya memberikan informasi soal sekolah saja. Tapi juga soal sosial dan kebudayaan di negara tujuan. Namun begitu, ia mengkritisi banyaknya konsultan pendidikan ke luar negeri belakangan ini. "Karena ada konsultan yang tidak independen. Mereka ini cenderung mempromosikan sekolah atau universitas tertentu saja," kritik Dan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News