Konsumer dan ritel dibayangi daya beli



JAKARTA. Tingkat inflasi yang meningkat dari 0,08% pada  Maret 2014 menjadi 0,17% di Maret 2015 memukul daya beli masyarakat. Kondisi ini mempengaruhi kinerja kinerja emiten saham sektor konsumer dan ritel.

Herman Koeswanto, Analis Mandiri Sekuritas, dalam riset 15 April 2015 menjelaskan, kinerja emiten sektor konsumer di kuartal I berada di bawah target. Dia menghitung, rata-rata pendapatan melambat menjadi 10%-11%.

Penyebabnya, perlambatan volume penjualan dan pelemahan rupiah. Akibatnya, produksi per unit meningkat dan menekan margin laba. Herman memperkirakan, laba sektor konsumer di kuartal I-2015 hanya tumbuh 9,3%. Sementara itu, laba emiten farmasi diperkirakan turun 4,6%.


Analis Samuel Sekuritas Thiesha Narandha Putri memaparkan, penurunan daya beli di luar Jawa lantaran harga komoditas melemah. Akibatnya, masyarakat mengurangi pembelian dan memilih produk yang lebih murah. Ia melihat, penurunan terjadi di PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Sedangkan, melorotnya penjualan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) terjadi di pasar Jawa Barat.

Menurut Herman, ada enam emiten yang terpukul di kuartal I-2015. Pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Pukulan datang dari penurunan untung kurs dan anjloknya pendapatan inti sektor kebun di kuartal I tahun ini. Kedua, PT Gudang Garam Tbk (GGRM),  mengalami penurunan volume penjualan dan  margin akibat kenaikan cukai dan persaingan harga rokok.

Tiga, PT Sido Muncul Tbk (SIDO) terancam mengalami penurunan dari penjualan minuman energi serta tingginya belanja iklan dan promosi. Empat, keuntungan ROTI turun karena pabrik di Cikarang masih dalam proses  perbaikan.

Kelima, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Menurut Herman, emiten ini hanya tumbuh satu digit karena kurangnya penyesuaian harga jual rata-rata dan depresiasi nilai tukar rupiah. Terakhir, kondisi yang sama akan dialami PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).

Pada emiten ritel, Matthew Wibowo, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset 26 April 2015 menyebut, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) terkena efek cukup besar, karena menyasar  pasar menengah bawah yang rentan terkena imbas. Tiesha mengkalkulasi, selain RALS ada PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Penjualan same store sales growth (SSSG) menurun.

Meski begitu, tak semua emiten sektor konsumer dan ritel mengalami tekanan. Herman melihat, UNVR, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) masih bisa meraih kenaikan laba, karena penurunan pendapatan inti tak terlalu besar. 

Sedangkan emiten ritel yang masih positif  adalah PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) sebab menyasar target pasar tahan banting. Menurut Herman, perlambatan tingkat belanja konsumen berlanjut hingga semester I tahun ini.

Kondisi membaik jika pemerintah mulai groundbreaking proyek infrastruktur di semester II. Sehingga bisa mendongkrak pendapatan dan daya beli.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto