Konsumsi BBM di APBN berpotensi membengkak



JAKARTA. Meski ekonomi melambat dengan tingkat suku bunga tinggi, tetap saja penjualan kendaraan bermotor terus menanjak naik. Imbasnya, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dikhawatirkan melesat dari volume kuota BBM dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yang berkisar 48 juta kiloliter. Pertamina mencatat data realisasi volume BBM hingga 31 Maret 2014 sudah mencapai 11,2 juta kiloliter (KL) atau 23,6% terhadap kuota BBM bersubsidi. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu realisasi ini tumbuh sekitar 1,6%, di mana tahun lalu realisasi triwulan I mencapai 11,02 juta KL. Realisasi hingga Maret 2014 ini naik 54,27% bila dibanding dengan bulan sebelumnya yang sebesar 7,26 juta KL. Kalau tidak dilakukan antisipasi bisa-bisa kuota subsidi BBM melonjak. Apalagi seperti kita tahu hadirnya Low Cost Green Car (LCGC) alias mobil murah ramah lingkungan menjadi pemicu penjualan kendaraan bermotor. Lihat saja, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan kendaraan bermotor pada tiga bulan pertama 2014 mencapai 328,55 ribu unit. Jumlah ini naik 11,11% dibanding periode yang sama tahun 2013 yang penjualannya sebesar 295,71 ribu unit. Mobil murah ramah lingkungan memberikan porsi penjualan yang tidak sedikit. Sebut saja mobil Agya. Mobil besutan produsen mobil terbesar di Indonesia ini pada triwulan pertama 2014 mencatat penjualan sebesar 20,63 ribu unit. Agya memberikan kontribusi 18,18% dari total penjualan Toyota triwulan satu yang sebesar 113,48 ribu unit. Menteri Keuangan Chatib Basri berpendapat realisasi kuota BBM masih akan dilihat dan dipantau oleh Kementerian Keuangan. Meskipun penjualan kendaraan bermotor tinggi, namun realisasi BBM pada triwulan pertama kemarin masih di bawah 25%. "Sehingga ada kemungkinan kuotanya di bawah target," ujar Chatib, Senin (12/5). Namun memang realisasi kuota BBM pada periode pertama berdasarkan seasonalnya adalah rendah. Baru pada triwulan kedua dan ketiga menjadi agak tinggi karena aktivitas yang kembali aktif. Tidak hanya soal kuota BBM yang dikhawatirkan membengkak, anggaran subsidi BBM pun dikhawatirkan meningkat. Salah satu pemicunya adalah konflik geopolitik yang terjadi di Ukraina. Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani menjelaskan pengaruh harga minyak yang bakal naik karena kasus Ukraina tentu akan berpengaruh terhadap anggaran. Sementara ini berdasarkan pantauan Kemenkeu, pengaruh geopolitik Ukraina belum berdampak terhadap anggaran subsidi. "Belum ada pengaruhnya," tuturnya. Asal tahu saja, anggaran subsidi dalam APBN 2014 dipagu sebesar Rp 333,7 triliun di mana anggaran subsidi energi sebesar Rp 282,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan