JAKARTA. Pemerintah menuding, penyeludupan sebagai salah satu faktor penyebab membengkaknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Menteri Agus Martowardojo mengatakan, penyeludupan BBM subsidi itu marak terjadi melalui jalur laut.Agus mengutip data yang dilaporkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Laporan itu menyatakan pada 18 November lalu ada kapal melakukan transaksi penjualan BBM sebesar 475.000 liter dengan pihak asing di tengah laut. Agus sendiri heran mengapa penyeludupan masih terjadi karena harga BBM cukup tinggi. "Kok masih ada yang melakukan penyelundupan. Indonesia diserang dengan segala macam selundupan. Jadi musti kita jaga," katanya, Rabu (24/11).Tahun ini, Agus memperkirakan realisasi volume BBM bersubsidi akan mencapai 38,37 juta kiloliter. Namun, meskipun mengalami pembengkakan, Agus tak merasa khawatir. Pasalnya, "Rata-rata harga ICP dan nilai tukar masih lebih rendah dari yang diasumsikan sehingga dari sisi anggaran terdapat penghematan," tandasnya.Maklum saja, dari alokasi anggaran subsidi yang sebesar Rp 88,9 triliun, dana yang terpakai baru mencapai Rp 50 triliun. "Jadi masih ada Rp 30 triliun lebih untuk dua bulan," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Konsumsi BBM subsidi naik, pemerintah tuding ada penyeludupan
JAKARTA. Pemerintah menuding, penyeludupan sebagai salah satu faktor penyebab membengkaknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Menteri Agus Martowardojo mengatakan, penyeludupan BBM subsidi itu marak terjadi melalui jalur laut.Agus mengutip data yang dilaporkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Laporan itu menyatakan pada 18 November lalu ada kapal melakukan transaksi penjualan BBM sebesar 475.000 liter dengan pihak asing di tengah laut. Agus sendiri heran mengapa penyeludupan masih terjadi karena harga BBM cukup tinggi. "Kok masih ada yang melakukan penyelundupan. Indonesia diserang dengan segala macam selundupan. Jadi musti kita jaga," katanya, Rabu (24/11).Tahun ini, Agus memperkirakan realisasi volume BBM bersubsidi akan mencapai 38,37 juta kiloliter. Namun, meskipun mengalami pembengkakan, Agus tak merasa khawatir. Pasalnya, "Rata-rata harga ICP dan nilai tukar masih lebih rendah dari yang diasumsikan sehingga dari sisi anggaran terdapat penghematan," tandasnya.Maklum saja, dari alokasi anggaran subsidi yang sebesar Rp 88,9 triliun, dana yang terpakai baru mencapai Rp 50 triliun. "Jadi masih ada Rp 30 triliun lebih untuk dua bulan," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News