JAKARTA. Makin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tahun 2011, membuat asumsi konsumsi BBM bersubsidi di 2012 akan ikut melonjak. Tanpa kebijakan pembatasan BBM subsidi, Pertamina memperkirakan konsumsi BBM subsidi mencapai 44,07 juta kiloliter. Masing-masing rincian konsumsinya adalah premium sebesar 26,7 juta kiloliter, kerosin sebesar 2,1 juta kiloliter dan solar sebesar 15,27 juta kiloliter. "Estimasi konsumsi premium 2012 dengan menghitung pertumbuhan migas per tahun adalah 8,63%," kata Karen Agustiawan Direktur Utama PT Pertamina. Dengan pertumbuhan migas sebesar 8,63% per tahun maka volume migas 2012 diperkirakan 27,9 juta kiloliter. Dengan asumsi harga ICP US$ 80 per barel (Harga Pertamax Rp 6.250 per liter) maka besaran konsumsi pertamax pada tahun 2012 adalah 1,2 juta kiloliter. Dengan demikian, diperoleh perkiraan konsumsi premium subsidi pada tahun 2012 adalah 26,7 juta kiloliter."Sedangkan untuk estimasi konsumsi solar pada 2012, dengan menghitung prognosa 2011 sebesar 14,4 juta kiloliter, rata-rata pertumbuhan solar per tahun sebesar 6,2%. maka estimasi solar untuk tahun 2012 adalah 15,27 juta kiloliter," tandas Karen. Estimasi itu naik dibandingkan kuota 2011 sebesar 13,08 juta kiloliter atau 35.850 kiloliter per hari.Untuk prognosa konsumsi minyak tanah 2012 akan tetap sebesar 2,1 juta kiloliter karena tidak semua daerah terkena program konversi minyak tanah ke elpiji terutama di wilayah Indonesia Timur.Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Tubagus Haryono mengutarakan, perkiraan asumsi makro konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 sebesar itu sejalan dengan kenaikan prediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%-6,9%."Pertumbuhan ekonomi selalu berkorelasi positif terhadap konsumsi premium. Sekitar 97% pengaruhnya terhadap pertambahan konsumsi BBM," kata dia, usai rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (30/5).Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo menambahkan, disparitas harga di berbagai daerah memberikan celah bagi spekulan untuk menyelewengkan BBM bersubsidi bagi industri. "Lonjakan konsumsi itu seperti biasa karena disparitas harga," ujar dia."Prognosa minimum maksimum kuota BBM bersubsidi itu maksudnya untuk alokasi dengan atau tanpa pengaturan. Soal pemakaian yang mana (opsi dengan atau tanpa pengaturan) itu tergantung pemerintah dan DPR," ucap Evita.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Konsumsi di 2011 tinggi, asumsi kuota subsidi BBM di 2012 ikut melonjak
JAKARTA. Makin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tahun 2011, membuat asumsi konsumsi BBM bersubsidi di 2012 akan ikut melonjak. Tanpa kebijakan pembatasan BBM subsidi, Pertamina memperkirakan konsumsi BBM subsidi mencapai 44,07 juta kiloliter. Masing-masing rincian konsumsinya adalah premium sebesar 26,7 juta kiloliter, kerosin sebesar 2,1 juta kiloliter dan solar sebesar 15,27 juta kiloliter. "Estimasi konsumsi premium 2012 dengan menghitung pertumbuhan migas per tahun adalah 8,63%," kata Karen Agustiawan Direktur Utama PT Pertamina. Dengan pertumbuhan migas sebesar 8,63% per tahun maka volume migas 2012 diperkirakan 27,9 juta kiloliter. Dengan asumsi harga ICP US$ 80 per barel (Harga Pertamax Rp 6.250 per liter) maka besaran konsumsi pertamax pada tahun 2012 adalah 1,2 juta kiloliter. Dengan demikian, diperoleh perkiraan konsumsi premium subsidi pada tahun 2012 adalah 26,7 juta kiloliter."Sedangkan untuk estimasi konsumsi solar pada 2012, dengan menghitung prognosa 2011 sebesar 14,4 juta kiloliter, rata-rata pertumbuhan solar per tahun sebesar 6,2%. maka estimasi solar untuk tahun 2012 adalah 15,27 juta kiloliter," tandas Karen. Estimasi itu naik dibandingkan kuota 2011 sebesar 13,08 juta kiloliter atau 35.850 kiloliter per hari.Untuk prognosa konsumsi minyak tanah 2012 akan tetap sebesar 2,1 juta kiloliter karena tidak semua daerah terkena program konversi minyak tanah ke elpiji terutama di wilayah Indonesia Timur.Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Tubagus Haryono mengutarakan, perkiraan asumsi makro konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 sebesar itu sejalan dengan kenaikan prediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%-6,9%."Pertumbuhan ekonomi selalu berkorelasi positif terhadap konsumsi premium. Sekitar 97% pengaruhnya terhadap pertambahan konsumsi BBM," kata dia, usai rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (30/5).Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo menambahkan, disparitas harga di berbagai daerah memberikan celah bagi spekulan untuk menyelewengkan BBM bersubsidi bagi industri. "Lonjakan konsumsi itu seperti biasa karena disparitas harga," ujar dia."Prognosa minimum maksimum kuota BBM bersubsidi itu maksudnya untuk alokasi dengan atau tanpa pengaturan. Soal pemakaian yang mana (opsi dengan atau tanpa pengaturan) itu tergantung pemerintah dan DPR," ucap Evita.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News