KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan volume dan nilai ekspor pada tahun 2025 akan menurun dibandingkan dengan tahun 2024.
"Hal ini dipengaruhi oleh masalah dinamika harga minyak sawit mentah (CPO) yang fluktuatif serta berbagai isu yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah dan pelaku usaha,” kata Ketua Bidang Perkebunan Gapki R. Azis Hidayat dalam diskusi Tata Kelola Sawit Berkelanjutan di Jakarta, Kamis (19/12).
Gapki memproyeksikan produksi CPO membaik dan konsumsi domestik meningkat. Azis bilang, tantangan utama yang dihadapi industri sawit tahun depan adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan domestik dan ekspor.
Baca Juga: Harga CPO Berfluktuasi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit Berikut Meski kebijakan biodiesel (B40) membawa dampak positif terhadap harga, Azis menyebut hal itu juga berpotensi mengurangi pasokan minyak sawit untuk pasar ekspor.
"Kita juga harus menjaga agar ekspor tidak tertekan terlalu dalam. Jika ekspor turun drastis, pendapatan devisa berkurang, penerimaan BPDP sawit juga menurun, dan kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh BPDP Sawit bisa terdampak," jelas Azis.
Azis mengingatkan pentingnya strategi pemerintah dan pelaku usaha dalam mengelola pasokan. Hal ini agar dampak positif kebijakan biodiesel tidak mengorbankan kontribusi industri sawit terhadap devisa negara.
"Kita perlu merancang langkah-langkah strategis agar peningkatan konsumsi domestik tidak mengorbankan pasar ekspor yang merupakan sumber devisa utama," terang dia.
Baca Juga: B40 Diterapkan Januari 2025, Menteri Airlangga Sebut Pangkas 40 Juta Ton Emisi CO2 Berdasarkan data Gapki per September 2024, produksi CPO tercatat mencapai 38,93 juta ton atau turun 4,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini turut memengaruhi ekspor yang hingga September 2024 mengalami penurunan 16,6% secara tahunan.Total ekspor September 2024 hanya mencapai 1,86 juta ton atau turun sebesar 21,97% dibandingkan Agustus.
Sedangkan, nilai ekspor hingga September tahun 2024 mencapai US$ 19,53 juta atau turun 15,25% lebih rendah dari nilai ekspor 2023 sebesar US$ 23,046 juta.
Adapun, hingga September 2024, total konsumsi mencapai 17,559 juta ton atau naik 1,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar pada konsumsi biodiesel yang tumbuh 8,08% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih