NEW DELHI. Jalanan sepanjang 100 km atau 62 mil di India yang bertambah setiap hari kemungkinan bisa menyelamatkan negara ini dari resesi. Jalanan ini dibikin dengan ongkos US$ 27 miliar telah menjadi penopang perekonomian yang bisa menggerakkan 60 juta penduduk di sekitar area itu.
Di sepanjang jalan itu, pemerintah membiarkan mereka untuk meraup recehan dari berjualan buah, sayuran dan susu. Saat ini, mereka bisa membelanjakan uang mereka saat perekonomian dunia tengah terhuyung-huyung. "Permintaan dari pedesaan membikin perekonomian terus terjaga," kata Shashanka Bhide, chief economist National Council of Applied Economic Research di New Delhi. "Pertumbuhan akan berjalan lambat di India, tapi tidak sedramatis di luar sana," imbuhnya. Beberapa perusahaan besar India saat ini sudah mengantongi untung. Tengok saja, saham Hindustan Unilever Ltd., produsen kebutuhan rumah tangga terbesar di India, dan juga Hero Honda Motors Ltd., pabrikan roda dua terbesar di India. Keduanya berhasil merangsek naik sementara indeks saham acuan terjungkal 56%. Menurut Reserve Bank of India, pembelanjaan domestik bakalan menopang India dari runtuhnya perekonomian global sejak Great Depression. Saat program (pembangunan jalan-red) ini rampung dalam dua tahun, setiap desa dengan 1.000 atau lebih penduduk akan memiliki akses ke semua jalanan. Ongkos untuk proyek ini, yang dikendalikan oleh National Rural Roads Development Agency, senilai dengan 5% dari GDP. India masih butuh membelanjakan anggarannya sebagai pelampung pertumbuhan. Negara-negara di Asia Selatan membutuhkan sedikitnya US$ 100 miliar untuk investasi tahunan untuk membangun jalan, rel kereta, jaringan listrik, pelabuhan dan infrastruktur lain, hingga lima tahun ke depan. Terhubungnya pedesaan ini telah meningkatkan pendapatan orang-orang dan menggemukkan konsumsi lokal, mencapai 55% dari total perekonomian India --dibandingkan dengan 37% GDP China. Hazari Lal Negi, 55 tahun, petani di Himachal Pradesh, tak akan kesulitan lagi menjual hasil tanamnya karena kesulitan transportasi. "Awalnya, kami harus mengangkut semua produksi kami dan berjalan sepanjang malam ke kota yang terdekat agar bisa mendapatkan truk yang paling pagi," katanya. Di pasar, Negi hanya bisa menjual seperempat dari hasil kebunnya dan sisanya akan terbuang dengan percuma. "Saat ini, kami bisa menjual semuanya," katanya. Ia pun berencana untuk mengembangkan usaha organiknya untuk menggemukkan pendapatannya. International Monetary Fund (IMF) memprediksikan pertumbuhan ekonomi India akan berjalan lebih lambat menjadi 6,3% pada tahun 2009. Padahal, sebelumnya telah diprediksikan pertumbuhan negeri ini mencapai 7,8% tahun depan. Perlambatan juga terjadi di emerging market lainnya seperti China. Diprediksi, pergerakan ekonomi China hanya akan tumbuh 8,5% tahun 2009, lebih kecil daripada 9,7% dari yang diprediksikan semula oleh IMF. Toh, kendati konsumsi domestik di India akan menopang negeri ini dari resesi, namun pertumbuhannya tetap bakalan tersandung oleh investasi dari sejumlah perusahaan yang membangkrut lantaran resesi global.