KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT GTS Internasional Tbk (
GTSI) akan menambah satu armada kapal pengangkut gas alam cair atau LNG di tahun ini. Direktur GTSI, Dandun Widodo menjelaskan belanja modal yang dialokasikan pada 2023 belum terlaksana sehingga diperkirakan akan digunakan pada kuartal I 2024. “Kami akan membeli satu kapal LNG Carrier (LNGC) dengan harga sekitar US$ 19 juta,” ujarnya kepada
Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Secara umum, Dandun menyatakan, GTSI melihat prospek bisnis yang positif di sepanjang tahun ini seiring dengan meningkatkan produksi LNG di dalam negeri. “Di sisi lain juga ditopang oleh meningkatnya konsumsi gas domestik,” tandasnya.
Baca Juga: Tren Positif Kinerja GTSI Tingkatkan Optimisme di Triwulan II 2023 Di sepanjang 2023, Dandun menyatakan, GTSI dapat membukukan
net profit tumbuh 50% year on year (yoy). Naiknya keuntungan perusahaan pengangkut gas ini lantaran kapal-kapal milik GTSI beroperasi penuh di tahun lalu. “Mundurnya pelaksanaan dry dock salah satu kapal kami sehingga tidak terjadi off-hire di 2023. Rencana sebelumnya kan di 2023 ada dua kapal yang di drydock, tetapi aktualnya hanya satu kapal saja,” ujarnya. Dalam jangka menengah, GTSI melihat prospek bisnis yang lebih cerah lagi karena pemanfaatan gas domestik akan semakin besar. Direktur Utama GTS Internasional, Tammy Meidharma menjelaskan, program hilirisasi akan meningkatkan pembangunan smelter di dalam negeri. Sejalan dengan transisi energi, penggunaan gas sebagai sumber energi pada smelter juga terbuka lebar. Selain itu, pihaknya juga melihat prospek yang menarik dari adanya program gasifikasi kelistrikan yakni konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke gas atau LNG. Program ini serta-merta akan meningkatkan aktivitas pengangkutan logistik LNG ke sejumlah daerah di Timur Indonesia. Berdasarkan sejumlah prospek tersebut, Tammy menyatakan, GTSI telah menyiapkan sejumlah rencana investasi jangka menengah. Total investasi yang akan disiapkan GTSI senilai US$ 508 juta.
Perincian alokasi dana tersebut ialah sebagai berikut.
Pertama, GTSI berencana membangun storage & shuttle LNG yang membutuhkan dana US$ 50 juta. Pengadaannya direncanakan di tahun depan dan diperkirakan beroperasi (comissioning) di Juni 2024. “Diperkirakan kontrak storage and shuttle LNG pasti jangka panjang hingga 20 tahun,” jelasnya dalam acara Media Gathering & Analyst Meeting di Gran Melia, Jumat (12/5).
Kedua, GTSI akan kembali berinvestasi pada proyek Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) atau Kapal Unit Penyimpanan dan Regasifikasi Terapung senilai US$ 265 juta. Rencananya, proyek ini akan mulai comissioning di 2026 mendatang. Tammy menilai, bisnis FSRU cukup menarik lantaran penggunaannya cukup tinggi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Adapun kontrak FSRU juga akan dilakukan dalam waktu jangka panjang yakni sampai 25 tahun.
Ketiga, proyek regasifikasi senilai US$ 175 juta yang diproyeksikan beroperasi di Juni 2026. Proyek ini mengikuti oleh sistem tender PLN yang tidak hanya ingin menggunakan fasilitas kapal saja tetapi juga membutuhkan terminal-terminal kecil untuk LNG.
Keempat, pembangunan LNG retail dan bunkering senilai US$ 18 juta yang akan selesai di kuartal II 2024.
Tammy menilai, proses pengisian bahan bakar (bunkering) LNG menjadi suatu bisnis yang bagus ke depannya. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang sering dilewati oleh kapal internasional yang sedang menjual hasil mineralnya ke Asia. “Tentu saja, kapal-kapal tersebut membutuhkan bunker LNG untuk mengisi bahan bakarnya,” terangnya. Sedangkan untuk LNG ritel, Tammy menilai, kebijakan pemerintah yang akan mengurangi subsidi LPG akan meningkatkan penggunaan LNG ke depannya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari