Konsumsi Gula Bikin Diabetes?



JAKARTA. Gula selalu diklaim sebagai penyebab diabetes. Karena itu, mayoritas ahli kesehatan selalu menyarankan kita untuk mengurangi konsumsi gula.

Baca Juga: Kopi Hitam Mencegah Sirosis Hati pada Penderita Perlemakan Hati?

Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) merekomendasikan batas konsumsi gula harian sebesar 50 gram per hari, yang setara dengan empat sendok makan.


Ketika konsumsi gula berlebih, maka risiko diabetes akan meningkat sehingga banyak orang berpikir jika asupan gula berlebihan adalah penyebab penyakit ini.

Lalu, bagaimanakah fakta sebenarnya? Apakah benar konsumsi gula sebabkan diabetes?

Untuk itu, simak kaitan gula dan penyakit diabetes berikut ini.

Kaitan gula dan penyakit diabetes

Diabetes terjadi ketika konsumsi gula melebihi batas yang direkomendasikan.

Dilasir dari Diabetes UK, ada dua jenis diabetes utama, yakni diabetes tipe 1 dan tipe 2. Sebenarnya, konsumsi gula tidak akan menyebabkan diabetes tipe 1.

Diabetes tipe 1 juga tidak disebabkan oleh hal lain dalam gaya hidup.

Diabetes tipe 1 terjadi ketika sel-sel penghasil insulin di pankreas dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.

Melansir Healthline, diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi karena faktor genetik.

Diabetes tipe 1 juga jarang terjadi, hanya menyumbang lima hingga 10 persen dari seluruh kasus diabetes.

Di sisi lain, gula juga tidak menyebabkan diabetes tipe 2 secara langsung. Namun, orang dengan berat badan berlebih atau obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami diabetes tipe 2.

Pasalnya, tubuh akan bekerja lebih keras untuk menggunakan insulin sehingga dapat memengaruhi kadar gula di dalam darah.

Berat badan Anda akan bertambah ketika Anda mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibutuhkan tubuh.

Padahal, makanan serta minuman manis mengandung banyak kalori. Dengan kata lain, gula bisa menyebabkan diabetes karena berat badan akan naik jika kita mengkonsumsinya secara berlebihan.

Mengapa konsumsi gula sebabkan diabetes?

Gula yang sering menjadi konsumsi harian kita adalah sukrosa atau gula meja yang terbuat dari tebu.

Melansir Healthline, sukrosa terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa yang terikat bersama.

Saat Anda makan sukrosa, molekul glukosa dan fruktosa dipisahkan oleh enzim di usus kecil sebelum diserap ke dalam aliran darah.

Hal ini meningkatkan kadar gula darah dan memberi sinyal pada pankreas untuk melepaskan insulin.

Insulin mengangkut glukosa keluar dari aliran darah dan masuk ke sel Anda untuk diolah menjadi energi.

Meskipun sejumlah kecil fruktosa juga dapat diserap oleh sel dan digunakan sebagai energi, sebagian besar fruktosa dibawa ke hati untuk diubah menjadi glukosa sebagai energi atau lemak untuk disimpan.

Jika Anda mengonsumsi lebih banyak gula daripada yang digunakan tubuh sebagai energi, kelebihannya akan diubah menjadi asam lemak dan disimpan sebagai lemak tubuh.

Karena fruktosa dapat diubah menjadi lemak, mengkonsumsinya dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan kadar trigliserida.

Asupan fruktosa yang tinggi dapat memengaruhi hati atau lever sehingga menyebabkan perlemakan hati atau fatty liver, inflamasi, dan resistensi insulin.

Kondisi ini kemudian mengganggu produksi insulin di pankreas dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Meskipun begitu, konsumsi gula tidak hanya akan meningkatkan risiko penyakit diabetes karena ada beberapa faktor yang memengaruhi, seperti:

  • Berat badan
  • Kebiasaan berolahraga
  • Kebiasaan merokok
  • Gangguan tidur, seperti sleep apnea
  • Riwayat diabetes dari keluarga
Mengetahui apakah konsumsi gula sebabkan diabetes atau tidak sangatlah penting agar Anda bisa melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.

Selain membatasi konsumsi gula harian, melakukan pola hidup sehat, seperti berolahraga secara rutin dan makan makanan bernutrisi, juga diperlukan sebagai cara mencegah diabetes.

Baca Juga: Bikin Pencernaan Lancar, Ini Manfaat Buah naga Kuning yang Kaya Serat

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos atau Fakta, Konsumsi Gula Sebabkan Diabetes?", 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati