Konsumsi karet domestik ditargetkan naik 10%



JAKARTA. Sejak satu tahun terakhir ini, harga karet alam terus mengalami penurunan. Akibatnya, banyak petani karet yang memilih beralih profesi. Karena itu, pemerintah dan negara-negara produsen karet di ASEAN yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam mencari opsi meningkatkan harga karet.

Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemdag) Bachrul Chairi pemerintah dan negara produsen karet berupaya meningkatkan kontrol terhadap kelebihan pasokan karet yang menyebabkan penurunan harga karet. Salah satu komitmen yang diputuskan bersama adalah masing-masing negara produsen karet menargetkan konsumsi karet dalam negeri sebesar 10% dari total produksi per tahun. Sebab selama ini, konsumsi karet domestik masih sangat rendah di bawah 10%.

Bachrul mengatakan, pemerintah dan negara-negara produsen karet lainnya, berusaha membahas bagaimana menjaga keseimbangan supply-demand karet alam. Sebab semua pihak ingin mempertahankan stabilitasi harga karet dan disertai peningkatkan konsumsi karet alam di masing-masing negara. "Kita juga membahas peningkatan persiapan teknis dalam pembentukan pasar karet regional," teras Bachrul akhir pekan lalu.


Setiap negara produsen karet diharapkan bisa mengontrol pasokan karet alamnya. Dengan demikian, bisa mencegah terjadinya pasokan yang berlebihan dan akhirnya menyebabkan penurunan harga karet alam dunia yang merugikan negara-negara produsen karet.

Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Deny Kurnia menambahkan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah penurunan harga karet adalah dengan meninjau data statistik negara-negara penghasil karet. Keakuratan data stok dan produksi serta implementasi supply management scheme secara disiplin diharapkan berdampak pada menurunnya fluktuasi harga spekulasi pasar.

Sementara pemerintah Indonesia saat ini tengah melakukan pembahasan rencana penyerapan karet alam domestik. Nantinya karet alam digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan peningkatan hasil produk industri yang menggunakan karet alam. "Upaya yang dilakukan itu merupakan bentuk nyata langkah-langkah stabilisasi harga karet alam, khususnya mengembalikan harga pada tingkat yang remuneratif bagi petani," kata Deny.

Ketua Dewan Karet Indonesia Azis Pane mengatakan pemerintah perlu meningkatkan konsumsi karet alam domestik untuk meredam penurunan harga karet yang terus terjadi. Ia mengatakan, selama ini, penyerapan karet alam domestik sangat kecil. Maka perlu adanya pengembangan teknologi yang bisa menyerap karet untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan industri ban pesawat. Dengan demikian, penyerapan domestik bisa ditingkatkan, dan harga karet bisa meningkat.

Saat ini, tujuan ekspor karet Indonesia yang paling besar adalah ke Amerika Serikat (AS). Di mana ekspor karet mentah ke Negeri Paman Sam tersebut mencapai 400.000 ton per tahun, dan ekspor terbesar kedua adalah Jepang sebanyak 270.000 ton. Menyusul kemudian, ekspor ke Tiongkok sebanyak 260.000 ton, India 136.000 ton, dan yang mulai mengalami kenaikan adalah ekspor karet alam ke Brasil sebesar 74.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan