Konsumsi lada naik 20.000 ton di 2014



JAKARTA. Menjamurnya bisnis restoran dan kuliner turut mendongkrak konsumsi lada tanah air. Sayang, sekalipun konsumsi tinggi, sulit rupanya untuk mendongkrak produksi lada. Persoalannya saat ini hanya ada dua sentra di Indonesia sebagai penghasil lada.  Indonesia telah menjadi negara kedua terbesar di dunia setelah Vietnam penghasil lada. Bahkan kualitas lada Indonesia di Indonesia diakui menjadi yang terbaik sedunia. Sebab citarasa dan aroma spesifik Lada Indonesia begitu khas. Plus, kadungan kadar peperin yang tinggi.

Sepanjang mengeliatnya bisnis kuliner dan menjamurnya restoran di Indonesia. Konsumsi akan lada pun turut terdongkrak. Azwar Abu Bakar, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementrian Pertanian, menyebut konsumsi nasional naik pada tahun 2014 mencapai 20.000 ton dari 17.000 ton pada tahun 2013.

Naiknya konsumsi lada tidak hanya berasal dari dalam negri tapi juga permintaan untuk ekspor ke negara Eropa dan Asia. Sayang, permintaan yang tinggi diakui Azwar belum mampu menaikkan produksi lada nasional.


Persoalannya karena saat ini hanya dua sentra lada di Indonesia yang berada di Lampung dan Bangka Belitung. Pemerintah mengaku kesulitan untuk menambah sentra-sentra lada baru. Sementara jumlah petani lada tidak banyak bertambah mencapai 316.000 kelapa keluarga pada tahun 2013. Selain karena minat petani untuk menanam lada makin kecil. Luas lahan tanam lada juga tidak bertambah luas.

"Jalannya harus melakukan modernisasi terhadap pertanian. Namun pendanaan jadi kendala. Itu sebabnya saat ini lebih baik konsentrasi pada daerah sentra untuk menjaga produktifitas," ujar Azwar belum lama ini.

Tahun ini Kementan menargetkan produksi lada mencapai 89.620 ton naik tipis 5% dari 88.672 ton pada tahun 2013. Luas area tanam Lada tahun ini tidak banyak berubah sebesar 178.949 hektar (ha) menjadi 178.252 ha. Pada tahun 2013 lalu, nilai ekspor lada tanah air mencapai US$ 346.975 turun dari US$ 423.500 pada posisi tahun 2012. Volume ekspor tahun 2013 mencapai 47.907 ton turun dibandingkan tahun 2012 mencapai 62.600 ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto