Konsumsi Listrik di Sektor Bisnis Kembali Ngegas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gairah di sektor bisnis kembali meningkat. Buktinya, konsumsi listrik pada sektor ini mengalami pertumbuhan di paruh pertama tahun ini.

PT PLN (Persero) mencatat, total konsumsi listrik selama semester I 2023 mencapai 137,12 Terawatt hour (TWh). Sektor bisnis menjadi salah satu penopang pertumbuhan konsumsi dengan realisasi pertumbuhan hingga 13,07%  dibanding semester I 2022 ke angka 25,481 TWh. 

“Berkembangnya dunia digital di Indonesia menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi listrik khususnya di sektor data center. Sektor pariwisata juga menjadi salah satu sektor yang bertumbuh tercermin dari pertumbuhan konsumsi di sektor perhotelan dan mall,” kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, (24/7).


Sejalan dengan catatan PLN, sejumlah sektor industri memang dikabarkan mengalami kenaikan pada paruh pertama 2023. Sektor perhotelan misalnya.

Baca Juga: PLN Salurkan Bantuan 988 Sambungan Listrik Gratis di Jember

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengatakan bahwa tingkat keterisian alias okupansi hotel di semester I 2023 mengalami kenaikan sekitar 4% dibanding periode sama tahun lalu. 

“(Okupansi tertinggi) Masih di Pulau Jawa dan Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (26/7).

Harapan PHRI, okupansi hotel masih bisa terus meningkat di sisa tahun 2023. Beberapa event menjelang sisa tahun 2023 serta cuti bersama diharap dapat menjadi pendorongnya.

Begitu pula dengan sektor pusat perbelanjaan. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengatakan bahwa Rata - rata tingkat kunjungan telah meningkat lebih dari 100% dibandingkan sebelum pandemi COVID - 19.

“Rata-rata durasi kunjungan telah meningkat menjadi sekitar 2-3 jam yang mana pada saat PSBB / PPKM hanya kurang dari satu jam,” kata Alphonzus kepada Kontan.co.id (26/7).

Sejalan dengan kunjungan yang meningkat, tingkat keterisian pusat belanja juga merangkak naik ke level sekitar 80%. Hanya saja, angkanya memang belum kembali ke level normal pra pandemi Covid-19 yang bisa mencapai sekitar 90%.

Selain sektor perhotelan dan pusat belanja, sektor otomotif menjadi contoh sektor lainnya yang juga ‘ngegas’ di paruh pertama 2023. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, realisasi penjualan dan juga produksi mobil di semester I 2023 kompak naik dibanding semester I 2022.

Baca Juga: Sebanyak 563 Industri dan Bisnis Beralih Jadi Pelanggan Listrik PLN

Tercatat, realisasi penjualan ritel alias retail sales (RS) mobil naik 37,27% secara tahunan atau year-on-year (YoY) dari semula 465.257 unit di semester I 2022 menjadi 502.536 unit di semester I 2023, sementara realisasi  produksi naik 33,92% yoy dari semula 662.920 unit di semester I 2022 menjadi 696.845 di semester I 2023.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik , sehingga penjualan otomotif juga baik,” kata  Ketua I Gaikindo,Jongkie D. Sugiarto kepada Kontan.co.id (26/7).

Tapi, tidak semua sektor industri mencatatkan kinerja yang positif. Sektor industri keramik justru melesu di paruh pertama. Berdasarkan catatan  Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), utilisasi produksi keramik menyusut dari semula 78% di tahun 2022 menjadi 73% di semester I 2023.

Menurut Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, penurunan tersebut dipicu oleh sejumlah hal. Pertama, perlambatan atau penurunan permintaan keramik sejak kuartal IV yang berlanjut hingga Juni 2023.

Kedua, rendahnya permintaan keramik untuk proyek-proyek Pemerintah, dalam hal ini proyek infrastruktur bidang permukiman dan perumahan. 

Ketiga, faktor eksternal berupa kenaikan Impor keramik dari China seturut penurunan harga jual produk impor dari Negara Tirai Bambu. Keempat, penurunan ekspor ke sejumlah negara tujuan.

“Angka ekspor turun tajam sekitar 30-an% karena tiga negara tujuan ekspor utama, yakni Filipina, Malaysia dan Thailand juga mengalami perlambatan ekonomi domestiknya,” tutur Edy kepada Kontan.co.id (26/7).

Kendati demikian, Asaki tetap optimistis bahwa pelemahan permintaan pasar domestik hanya bersifat sementara. Terlebih, akan ada kebutuhan keramik di proyek IKN.

Namun, Asaki berharap agar optimisme ini mendapat dukungan dari pemerintah. Aspirasi Asaki, pemerintah dapat turun tangan untuk menangani 2 isu yang dinilai Asaki menjadi sandungan dalam kinerja industri keramik: gangguan impor keramik dan pasokan gas.

Baca Juga: Penjualan Listrik PLN Capai 137,12 Twh di Semester I 2023

Harapan Asaki, Kementerian Perdagangan (Kemendag) bisa mempercepat proses anti dumping untuk produk China agar bisa segera diimplementasikan paling lambat akhir tahun 2023 dengan besaran persentase minimal 100%.

“Seperti diketahui, negara-negara maju di Uni Eropa dan Negara Timur Tengah juga telah menerapkan kebijakan anti dumping dengan besaran rata-rata diatas 70%,” kata Edy.

Aspirasi lainnya, Asaki mengharapkan dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yakni dengan mengatasi gangguan kelancaran pasokan gas dari PGN baik di Jawa bagian barat maupun Jawa bagian timur. 

“Asaki sangat menyayangkan kenaikan harga gas melalui Kepmen ESDM no.91/2023 tidak disertai dengan kelancaran pasokan gas, di mana sampai dengan posisi sekarang masih diterapkan alokasi gas industri tertentu sebesar 84% utk Jawa bagian barat dan 65% untuk Jawa bagian timur,” kata Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .