KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak yang memperkirakan dunia akan masuk dalam resesi ekonomi pada tahun depan. Ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, resesi ekonomi akan membuat masyarakat menahan belanjanya. Padahal, konsumsi masyarakat saat ini menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi. Chatib melihat sekarang tanda-tanda perlambatan ekonomi global dan resesi sudah terlihat. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akan berimbas pada perusahaan yang memiliki utang dalam dolar AS.
Beban utang mereka akan naik, porsi investasi turun, perusahaan yang berpenghasilan dan repatriasi profit dalam dolar akan terpukul. Dengan kata lain, dunia usaha memang akan mengalami kontraksi.
Baca Juga: Apindo: Insentif Pajak 2023 Perlu Disesuaikan dengan Gejolak Ekonomi Tahun Depan Di sisi lain, ruang fiskal pemerintah juga menyempit. Setelah ada kondisi luar biasa berupa Covid-19 yang membuka lebar peluang pemerintah untuk memberi banyak insentif fiskal, pada tahun 2023, ruang fiskal bagi pemerintah makin sempit. Sehingga, kemungkinan kontraksi konsumsi pemerintah makin besar. “Saya khawatir pembicaraan mengenai resesi ini membuat orang-orang jadi menghentikan belanja. Dulu memang saya dinasihati hemat pangkal kaya. Namun, sekarang, dalam pemulihan ekonomi, belanja pangkal pulih,” terang Chatib dalam Indonesia Knowledge Forum BCA, Selasa (18/10) secara daring. Nah, untuk menggenjot konsumsi rumah tangga, Chatib menyarankan pemerintah fokus dalam memperkuat daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal harus fokus untuk melindungi masyarakat kelompok menengah bawah.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah saat ini yang telah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) maupun program keluarga harapan (PKH), dan program perlindungan sosial lainnya. ini menjadi tumpuan bagi masyarakat menengah bawah untuk bisa belanja, sehingga petrumbuhan konsumsi tetap bergulir. “Dengan konsumsi rumah tangga yang tetap berjalan, maka efek perlambatan ekonomi dan resesi global akan minim ke Indonesia,” kata Chatib.
Baca Juga: Nasihat Nouriel Roubini saat Krisis: Hindari Saham dan Obligasi Jangka Panjang Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat