Konsumsi Masyarakat Menengah Bawah Melemah, Industri Makanan Minuman Mulai Khawatir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli mayarakat menengah bawah yang mulai menunjukkan pelemahan membuat industri makanan minuman di dalam negeri mulai ketar-ketir.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, saat ini pelaku usaha industri makanan minuman mulai merasakan kondisi pasar yang mulai sepi dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan pengamatannya, hal ini dikarenakan lonjakan harga kebutuhan pokok sehingga membuat daya beli masyarakat menurun sehingga mengurangi konsumsi pangan sekunder.


Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Masih Landai Bikin Pengusaha Tidak Happy

"Setelah kita amati ternyata memang kelas menengah bawah ini daya belinya sedikit turun karena mungkin makanan pokok naik luar biasa. Misalnya beras, minyak goreng, telur, daging dan gula. Sehingga mereka tentu untuk mempertahankan hidupnya mereka mengurangi konsumsi pangan sekunder. Tentunya hal ini akan berpengaruh," ujar Adhi dalam acara d'Mentor, Jumat (6/10).

Tak hanya harga-harga kebutuhan pokok, Adhi bilang, biaya transportasi dan logistik juga mengalami kenaikan sehingga masyarakat menengah-bawah mulai menahan konsumsinya. Padahal, konsumsi masyarakat menengah bawah cukup besar kontribusinya, yakni mencapai 70%.

Ia menambahkan, tidak hanya masyarakat menengah bawah, kalangan menengah atas juga mulai lebih selektif dalam membelanjakan uangnya.

Oleh karena itu, Adhi mendorong pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah-bawah agar tidak menggerus kinerja di sektor indusri makanan minuman.

"Kita harus waspada jangan sampai terus menerus, karena kelas menengah bawah ini cukup besar jumlahnya sekitar 70%. Pemerintah harus jaga kelas menengah bawah ini jangan sampai berkelanjutan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi