SINGAPURA. Harga minyak mentah di New York kembali tumbang seiring dengan resesi yang kian mencekik yang membuat konsumsi transportasi juga berkurang dan permintaan bahan bakar di Asia juga menyusut. Bulan lalu, impor minyak mentah Jepang terjungkal 17% menjadi 3,71 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh menteri keuangan Jepang, kemarin. Tak beda jauh dengan Korea Selatan. Menurut Korea National Oil Corp., permintaan minyak di negeri ginseng itu juga menciut 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Asal tahu saja, Jepang merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah AS dan Jerman. Sedangkan Korsel adalah importir terbesar kelima di dunia. "Angka-angka dari Korea dan Jepang ini mencuat begitu saja, dan keduanya seperti memaku di peti minyak," kata Mark Pervan at Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Melbourne. Minyak mentah untuk pengiriman Februari menyusut sebesar 61 sen, atau 1,5% menjadi US$ 39,30 per barel. Angka ini diperdagangkan di level US$ 39,50 per barel pada pukul 10:16 waktu Singapura di New York Mercantile Exchange. Harga minyak hari ini telah terperosok 73% dari rekor tertingginya US$ 147,27 pada bulan Juli lalu. Kontrak berjangka untuk Januari, yang sudah berakhir minggu lalu, tergelincir 6,5% menjadi US$ 33,87 per barel pada 19 Desember, pengiriman yang paling rendah untuk kontrak yang mendekati masa penutupan, sejak Februari 2004. Harga minyak ini telah menyusut 27% di bulan Desember dan turun sebesar 59% tahun ini. Sementara itu minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari anjlok 42 sen atau 15 menjadi US$ 41,03 per barel di ICE Futures Europe exchange London pad apukul 9:54 waktu Singapura. Menurut respons median dari sejumlah analis yang disurvei oleh Bloomberg, persediaan minyak di AS kemungkinan menggelembung 900.000 barel minggu lalu. Departemen Energi AS berencana untuk merilis laporan mingguannya pada hari Selasa (23/12) pada pukul 10:35 waktu Washington.
Konsumsi Minyak Melorot, Harga Minyak Ikut Terperosok
SINGAPURA. Harga minyak mentah di New York kembali tumbang seiring dengan resesi yang kian mencekik yang membuat konsumsi transportasi juga berkurang dan permintaan bahan bakar di Asia juga menyusut. Bulan lalu, impor minyak mentah Jepang terjungkal 17% menjadi 3,71 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh menteri keuangan Jepang, kemarin. Tak beda jauh dengan Korea Selatan. Menurut Korea National Oil Corp., permintaan minyak di negeri ginseng itu juga menciut 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Asal tahu saja, Jepang merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah AS dan Jerman. Sedangkan Korsel adalah importir terbesar kelima di dunia. "Angka-angka dari Korea dan Jepang ini mencuat begitu saja, dan keduanya seperti memaku di peti minyak," kata Mark Pervan at Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Melbourne. Minyak mentah untuk pengiriman Februari menyusut sebesar 61 sen, atau 1,5% menjadi US$ 39,30 per barel. Angka ini diperdagangkan di level US$ 39,50 per barel pada pukul 10:16 waktu Singapura di New York Mercantile Exchange. Harga minyak hari ini telah terperosok 73% dari rekor tertingginya US$ 147,27 pada bulan Juli lalu. Kontrak berjangka untuk Januari, yang sudah berakhir minggu lalu, tergelincir 6,5% menjadi US$ 33,87 per barel pada 19 Desember, pengiriman yang paling rendah untuk kontrak yang mendekati masa penutupan, sejak Februari 2004. Harga minyak ini telah menyusut 27% di bulan Desember dan turun sebesar 59% tahun ini. Sementara itu minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari anjlok 42 sen atau 15 menjadi US$ 41,03 per barel di ICE Futures Europe exchange London pad apukul 9:54 waktu Singapura. Menurut respons median dari sejumlah analis yang disurvei oleh Bloomberg, persediaan minyak di AS kemungkinan menggelembung 900.000 barel minggu lalu. Departemen Energi AS berencana untuk merilis laporan mingguannya pada hari Selasa (23/12) pada pukul 10:35 waktu Washington.