KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri meyakini konsumsi rumah tangga di kuartal II-2022 memiliki peluang untuk tumbuh lebih tinggi daripada capaian di kuartal I-2022. Bila pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2022 mencapai 4,3% yoy, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman membuka kemungkinan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2022 bisa kembali ke sekitar 5%. “Pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan lebih. tinggi daripada kuartal I-2022. Ada dampak Ramadan, Idul Fitri, ditambah sudah diperbolehkannya mudik dan ada pelonggaran PPKM,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (12/9).
Kondisi ini juga sebenarnya sudah tercermin dari indikator dini pada awal kuartal II-2022. Seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2022 yang sebesar 113,1 atau meningkat dari 111,0 pada bulan sebelumnya, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur April 2022 yang sebesar 51,9 atau naik dari 51,3, kemudian yang teranyar Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2022 yang diperkirakan 219,3 atau naik 6,8% mom.
Baca Juga: Ada Momen Ramadan dan Lebaran, Penjualan Eceran pada April 2022 Diproyeksi Meningkat Akan tetapi, Faisal mewanti-wanti masih ada risiko yang membayangi prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2022, seperti risiko peningkatan kasus harian Covid-19 dan juga kenaikan harga (inflasi). Nah, untuk meminimalisir lonjakan kasus seperti periode tahun lalu, Faisal mengimbau PPKM yang longgar perlu tetap disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kemudian, dalam hal menjaga inflasi, maka pemerintah perlu menjaga distribusi barang dan jasa sehingga kenaikan inflasi tidak ditambah dari sisi suplai. Ke depan, Faisal melihat ada dua skenario terkait pertumbuhan konsumsi rumah tangga setidaknya hingga akhir tahun 2022. Pertama, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh sekitar 5% yoy hingga 6% yoy, dengan catatan momentum dari libur nasional bisa diraih, PPKM makin longgar, dan inflasi masih terjaga tidak terlalu tinggi atau maksimal tetap terjaga di batas atas kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 4% yoy. Kedua, konsumsi rumah tangga akan tumbuh hanya di kisaran 4,6% yoy, bila ada realisasi wacana peningkatan harga barang diatur pemerintah, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, LPG 3 kilogram, serta harga Tarif Dasar Listrik (TDL).
Baca Juga: Kenaikan TDL Bisa Ganggu Pertumbuhan Ekonomi, Indef: Perlu Dikaji Ulang Namun, dengan skenario adanya kenaikan harga ini, Faisal masih berharap pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup aman untuk menopang pertumbuhan ekonomi. “Ini tentunya bisa menjadi peluang dan momentum pemulihan ekonomi di Indonesia tahun 2022,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi