Konsumsi semen nasional diproyeksi naik 6%, begini outlook dan prospek emiten semen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Outlook industri semen nasional diperkirakan akan membaik tahun ini. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi memperkirakan, konsumsi semen nasional akan mencapai 66,5 juta ton hingga akhir 2021 atau naik 6,0% secara year-on-year (yoy). Meski demikian, proyeksi ini masih 5% lebih rendah dari realisasi/angka penjualan semen tahun 2019 yang mencapai 70,0 juta ton.

Yosua menyebut, pada sisa tiga bulan ke depan ini, pendorong utama konsumsi semen diperkirakan berasal dari sektor konstruksi, yang akan berdampak baik bagi semen curah (bulk cement). Secara historis, permintaan bulk cement pada semester kedua memang lebih tinggi 38% dibanding semester pertama.

Meski demikian, harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) semen diperkirakan akan relatif datar. Hal ini terjadi di tengah rendahnya utilisasi semen nasional (yang hanya 54,5%) serta mulai beroperasinya pabrik semen Grobogan pada kuartal ketiga 2021.


Baca Juga: Window dressing sudah dimulai, simak saham-saham blue chip yang menarik diburu

Pertumbuhan penjualan semen sebenarnya sudah tercermin dari penjualan semen di periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Konsumsi bulan Agustus 2021 tumbuh 7,9% dibandingkan konsumsi pada Juni 2021 (yang merupakan periode sebelum PPKM darurat). Sementara konsumsi di bulan Juli 2021 hanya turun tipis 0,8% dibanding Juni 2021.

Akumulasi konsumsi semen bulan Juli-Agustus 2021 juga tumbuh 1,9% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juli-Agustus 2020. “Resiliensi industri semen saat pemberlakuan PPKM level 4 membuat kami optimistis konsumsi semen akan kembali naik hingga akhir tahun, didukung dengan semakin terkendalinya kasus Covid-19 di Indonesia dan pelonggaran PPKM,” tulis Yosua dalam riset, Jumat (24/9).

Yosua menyebut, konsumsi semen nasional di sepanjang periode delapan bulan pertama mencapai 40,5 juta ton, naik 5,7% yoy. Pertumbuhan konsumsi ditopang permintaan dari luar Jawa yang naik 8,5% yoy, terutama dari wilayah Sulawesi yang naik 28,5% yoy.

Secara rinci, konsumsi semen kantong (bagged cement) naik 7,5% yoy pada delapan bulan pertama, sekaligus menyumbang 78,1% dari total konsumsi semen nasional. Sementara konsumsi bulk cement cenderung flat -0,2% yoy.

Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) memiliki teknik pertambangan dengan predikat terbaik

Samuel Sekuritas Indonesia mempertahankan outlook netral untuk sektor semen. Outlook konsumsi semen nasional pada tahun depan yang cukup baik (diperkirakan naik 5,0% yoy) menjadi katalis positif bagi industri semen di tengah kondisi oversupply yang menahan kenaikan ASP.

Samuel Sekuritas merekomendasikan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan target harga Rp 13.200 per saham dan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target Rp 11.350 per saham.

Risiko utama rekomendasi ini adalah penurunan volume penjualan dan harga jual semen, serta perubahan kebijakan pemerintah, terutama dalam implementasi moratorium pembukaan pabrik semen baru. Penerapan kebijakan over dimension and over load (ODOL), dan implementasi pajak karbon.

Kondisi kelebihan pasokan seperti saat ini membuat para produsen kecil sulit untuk bersaing, karena sulitnya menaikkan harga jual. Terlebih lagi, 84% kapasitas pabrik semen nasional dikuasai oleh lima pemain utama, yakni SMGR, INTP, Conch, Bosowa, dan PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT). Akibatnya, opsi konsolidasi, baik lewat merger maupun akuisisi, sangat mungkin terjadi.

Baca Juga: Indocement (INTP) torehkan prestasi berkat terobosan berbasis lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati