KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap pada jalur untuk berakselerasi pada tahun 2022. Tim Riset Ekonomi Bank Mandiri memprediksi Indonesia akan mencatat pertumbuhan PDB yang lebih tinggi pada tahun 2022 karena konsumsi swasta yang menguat seiring dengan pelonggaran PPKM yang meningkatkan mobilitas publik. Pulihnya permintaan tersebut akan mendorong kegiatan produksi dan investasi. "Kebijakan fiskal akan tetap antisipatif, responsif, dan fleksibel, memanfaatkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan berkat pemulihan pemungutan pajak dan windfall proffit dari harga komoditas yang tinggi," tulis Tim Riset Ekonomi Bank Mandiri dalam Econmark Mei 2022 yang dipublikasikan, Jumat (3/6).
Keputusan terbaru pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, walaupun berpotensi menimbulkan risiko subsidi yang lebih tinggi, akan menjaga konsumsi pada level saat ini. Sementara itu, kebijakan moneter yang pro-stabilitas dan kebijakan makroprudensial yang pro-pertumbuhan akan terus menopang pemulihan ekonomi. Pada titik ini, Tim Riset Ekonomi Bank Mandiri memperkirakan, Bank Indonesia (BI) hanya akan menaikkan suku bunga acuannya lebih rendah dari perkiraan sebesar 75 bps pada tahun 2022.
Baca Juga: Banyak Tantangan, Sri Mulyani Tetap Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2023 di Atas 5% Karena Covid-19 telah terkendali, tahun 2022 akan ditandai dengan pemulihan belanja yang solid. The Mandiri Spending Index (MSI) yang merupakan indeks dari transaksi kartu Bank Mandiri menunjukkan, puncak pengeluaran mencapai tingkat tertinggi sejak pandemi, diukur dalam nilai dan frekuensi. Pada awal Mei 2022, nilai MSI mencapai 159,9, menunjukkan bahwa pengeluaran sudah 59,9% lebih tinggi dibandingkan Januari 2020. Sementara itu, indeks frekuensi belanja berada pada 179,4, menunjukkan peningkatan frekuensi belanja hingga 79,4% dibandingkan Januari 2020. "Ini merupakan rekor tertinggi baru setelah belanja mencapai puncaknya pada awal 2022," sebut Tim Riset Ekonomi Bank Mandiri. Tren peningkatan pengeluaran telah terjadi di mana-mana. Seluruh wilayah mencatat peningkatan pesat dalam pengeluaran. Nilai pengeluaran di Kalimantan mencapai 199,6, menunjukkan bahwa pengeluarannya meningkat hampir dua kali lipat. Disusul Sumatera dengan nilai MSI 178,9. Peningkatan belanja juga dapat dikaitkan dengan kenaikan harga komoditas, karena kedua pulau ini merupakan sumber komoditas utama, seperti CPO dan batu bara. Sementara nilai belanja Jawa tercatat sebesar 157,2.
Tim Riset Ekonomi Bank Mandiri menyebut, program-program pemerintah relatif berhasil membantu masyarakat termiskin mengatasi krisis; memperluas program ke kelompok berpenghasilan menengah ke bawah sangat penting untuk mengurangi kerentanan secara keseluruhan. "Data kami menunjukkan bahwa program bantuan tunai dan subsidi upah (Bantuan Subsidi Upah/BSU) telah secara efektif mendukung konsumsi. MSI menurut pekerjaan menunjukkan bahwa pencairan subsidi upah (BSU) secara umum diikuti oleh peningkatan konsumsi," sebut riset tersebut.
Baca Juga: Indeks Manufaktur RI Melambat pada Mei 2022, Apa Penyebabnya? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat