KONTAN.CO.ID - Selama pandemi korona, rupanya, konsumsi tempe naik cukup signifikan. Hal ini tampak dari catatan Kementerian Pertanian, yang disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI Selasa (17/11) kemarin. Impor kedelai, menurut catatan tersebut, selama Januari-September 2020 adalah 5,71 juta ton. Angka itu naik, ketimbang impor periode yang sama tahun lalu, yakni 5,12 juta ton. Impor bawang putih juga naik jadi 381 ribu ton, dari 261 ribu ton. Di lain pihak, impor jagung, singkong, dan gandum turun. Impor gandum, misalnya, tercatat 8 juta ton selama Januari-September 2020, sedangkan tahun lalu 8,37 juta ton. Jika selama pandemi dan berdiam di rumah saja, banyak orang jadi suka membuat roti sendiri, hal itu ternyata tidak lantas mendongkrak permintaan gandum. Sebaliknya terjadi pada kedelai dan bawang putih. Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, banyak pengrajin tempe yang justru berjaya selama pandemi korona. Misalnya, pengrajin tempe di Nusa Tenggara Barat, yang mengalami kenaikan permintaan antara 10% sampai 50% pada tahun ini. Mereka menduga, hal itu terkait dengan melemahnya daya beli, sehingga orang lebih pilih mengkonsumsi tahu tempe, ketimbang lauk jenis lain. Lagipula, harga tahu tempe tidak fluktuatif, layaknya telur atau ayam. Meski permintaannya naik, para pengrajin di NTB mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan baku. Mereka menggunakan kedelai impor.
Konsumsi Tempe
KONTAN.CO.ID - Selama pandemi korona, rupanya, konsumsi tempe naik cukup signifikan. Hal ini tampak dari catatan Kementerian Pertanian, yang disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI Selasa (17/11) kemarin. Impor kedelai, menurut catatan tersebut, selama Januari-September 2020 adalah 5,71 juta ton. Angka itu naik, ketimbang impor periode yang sama tahun lalu, yakni 5,12 juta ton. Impor bawang putih juga naik jadi 381 ribu ton, dari 261 ribu ton. Di lain pihak, impor jagung, singkong, dan gandum turun. Impor gandum, misalnya, tercatat 8 juta ton selama Januari-September 2020, sedangkan tahun lalu 8,37 juta ton. Jika selama pandemi dan berdiam di rumah saja, banyak orang jadi suka membuat roti sendiri, hal itu ternyata tidak lantas mendongkrak permintaan gandum. Sebaliknya terjadi pada kedelai dan bawang putih. Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, banyak pengrajin tempe yang justru berjaya selama pandemi korona. Misalnya, pengrajin tempe di Nusa Tenggara Barat, yang mengalami kenaikan permintaan antara 10% sampai 50% pada tahun ini. Mereka menduga, hal itu terkait dengan melemahnya daya beli, sehingga orang lebih pilih mengkonsumsi tahu tempe, ketimbang lauk jenis lain. Lagipula, harga tahu tempe tidak fluktuatif, layaknya telur atau ayam. Meski permintaannya naik, para pengrajin di NTB mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan baku. Mereka menggunakan kedelai impor.