KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA) diprediksi makin membaik ke depan. Baik secara jangka pendek maupun panjang, emiten konstruksi ini mendapat katalis positif yang bisa mendongkrak kinerja dan harga sahamnya. Analis Samuel Sekuritas Andreas Kristo mengatakan, pada kuartal IV-2021, perolehan kontrak baru WIKA bisa menjadi katalis positif. Berdasarkan perhitungannya, WIKA berpotensi mendapat tambahan kontrak baru sebesar Rp 15 triliun pada sisa tahun ini. Adapun, sepanjang Januari - September, perolehan kontrak baru WIKA sebesar Rp 13,16 triliun, dari target yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun untuk tahun ini.
Angka tersebut mempertimbangkan nilai tender yang saat ini diikuti WIKA sebesar Rp 24 triliun serta perkiraan tender yang akan dirilis pemerintah dan BUMN pada kuartal IV-2021 sebesar Rp 15 triliun – Rp 20 triliun. Andreas bilang, saat ini tender yang diikuti WIKA antara lain proyek jalan tol, smelter, gedung, bendungan dan irigasi. “Katalis positif lain juga datang dari penerimaan pembayaran tender WIKA yang diekspektasikan setidaknya sebesar Rp 4 triliun. Perolehan tersebut berasal dari proyek kereta cepat, proyek terminal Kijing, dan proyek jalan tol Kunciran – Cengkareng,” kata Andreas ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/11).
Baca Juga: Pembangunan modular pit Sirkuit Mandalika oleh WEGE masuk rekor MURI Lebih lanjut, Andreas mengatakan, keputusan WIKA untuk menunda aksi Initial Public Offering (IPO) kedua anak usahanya, yaitu WIKA Realty dan WIKA Rekayasa Konstruksi merupakan langkah yang positif. Aksi ini dicanangkan akan dilaksanakan pada 2022, namun diundur menjadi 2023. Menurut Andreas, dengan mengingat kondisi keuangan WIKA dan kondisi pasar yang masih kurang mendukung selama masa pandemi, penundaan aksi IPO tersebut merupakan langkah yang tepat. Sementara secara kinerja, ia menilai, WIKA berpotensi mencatatkan perbaikan seiring outlook ke depan yang labih baik. Pada 2022-2023 mendatang, perusahaan BUMN seperti Pertamina, Pelindo, PLN, dan Angkasa Pura mulai kembali mengalokasikan belanja modalnya untuk pembangunan dan pekerjaan yang menjadi spesialisasi WIKA. Tak hanya itu, Andreas juga meyakini, WIKA akan mengantongi beberapa kontrak baru di tahun depan dari proyek infrastruktur Ibu Kota Negara. Alhasil, dia memproyeksikan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) kontrak baru WIKA dapat mencapai 23.3% hingga tahun 2023 Hal tersebut pada akhirnya diharapkan dapat ikut memulihkan catatan burn rate WIKA ke depan. Proyeksi Andreas, tingkat burn rate WIKA yang sudah menyentuh titik terendahnya di 14% pada 2020 akan secara bertahap pulih ke tingkat 20% pada tahun 2023. “Menurut pandangan kami, posisi neraca yang kuat, nilai order book yang besar (Order Book/Sales 2020 sebesar 5.9x), setoran modal negara pada BUMN yang menjadi pelanggan WIKA dan meningkatnya aktivitas bisnis menjadi katalis utama dari pemulihan burn rate,” imbuh Andreas.
Saat ini, Andreas memberikan rekomendasi beli untuk saham WIKA dengan target harga Rp 1.440 per saham.