JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) terus menggenjot kinerja. Per Mei 2014, emiten konstruksi pelat merah ini sudah mengantongi kontrak baru senilai Rp 6,6 triliun. Jumlah ini setara 28% dari total target selama tahun 2014. Beberapa kontrak yang sudah dikantongi antara lain Sawangan Apartment senilai Rp 896 miliar, Lexington Apartment Rp 442 miliar dan Wang Residence Citicon senilai Rp 400 miliar. Berdasarkan riset per 23 Juni 2014, analis Danareksa Sekuritas, Joko Sogie menyatakan, jumlah kontrak baru PTPP setara dengan 32% dari total target versi Danareksa.
PTPP kini menjadi salah satu pemain utama di industri konstruksi. Hal ini didukung proyek carry over tahun sebelumnya senilai Rp 21,9 triliun. Analis BCA Sekuritas, Aurelia Amanda Barus dalam risetnya pada 29 April 2014 menyebutkan, kontrak PTPP di kuatal I-2014 didominasi proyek konstruksi properti yang berasal dari sektor swasta. Menurut dia, proyek swasta memiliki stabilitas musiman yang lebih baik dibandingkan proyek pemerintah yang biasanya memiliki eksposur tinggi. Joko berpendapat, salah satu proyek yang bakal menyokong kinerja PTPP adalah pelabuhan New Priok. Proyek ini memberikan kontribusi 16% terhadap pendapatan PTPP pada kuartal I-2014. PTPP sudah menggarap proyek ini sejak tahun 2012. Dua tahun sebelumnya, kontribusi proyek New Priok rata-rata 10% terhadap pendapatan PTPP. Joko yakin proyek itu ikut mendukung pendapatan PTPP yang diprediksi tumbuh di atas 25% pada tahun ini. Proyeksi itu di atas estimasi rata-rata pendapatan sektor konstruksi sebesar 16%. PTPP bukan hanya mengandalkan proyek konstruksi. Tahun ini, PTPP menggarap bisnis baru di sektor alat berat. PTPP mengakuisisi perusahaan penyedia alat berat, PT Prima Jasa Adoldua (PJA) senilai Rp 43,44 miliar. PTPP kini memiliki lima lini bisnis. Empat lini bisnis sebelumnya adalah jasa konstruksi, engineering procurement construction (EPC), realty dan properti. Analis Mandiri Sekuritas, Handoko Wijoyo, mengatakan bisnis baru ini dapat mendukung bisnis PTPP yang lain. Emiten konstruksi itu kini dapat menyewa alat berat dari perusahaan sendiri. PTPP juga dapat menyewakan alat berat ke perusahaan lain. “Bisnis ini bisa meningkatkan margin,” ungkap dia. Tapi kontribusi bisnis alat berat PTPP masih minim. Kontribusi terbesar berasal dari bisnis konstruksi. Apalagi, mulai tahun depan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum akan diimplementasikan. “Dengan UU ini, akuisisi lahan menjadi lebih mudah,” tutur Handoko.
Dia memperkirakan, pendapatan PTPP tahun ini tumbuh 31,56%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 15,34 triliun. Sedangkan laba bersihnya diprediksi tumbuh 22,57% (yoy) menjadi Rp 516 miliar. Adapun Joko menebak pendapatan PTPP tahun ini senilai Rp 14,77 triliun dan laba bersihnya Rp 553 miliar. Ketiga analis merekomendasikan
buy saham PTPP. Handoko memasang target Rp 2.100 per saham. Joko dan Aurelia menetapkan target masing-masing senilai Rp 2.100 per saham dan Rp 2.250 per saham. Harga saham PTPP, Selasa (8/7) meningkat 0,75% menjadi Rp 2.025 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro