KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Entitas anak PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yakni PT Anugerah Indofood Barokah Makmur bersama PepsiCo sepakat mengakhiri kontrak kerjasamanya. Mulai 10 Oktober 2019 mendatang, produk Pepsi tidak akan lagi dipasarkan di Indonesia. Anugerah Indofood Barokah Makmur adalah anak usaha ICBP yang mengelola divisi minuman. Adapun divisi minuman berkontribusi sebesar 4% ke penjualan semester I-2019 ICBP. Dalam kerjasama ini, ICBP melalui PT Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB) diberikan hak oleh PepsiCo Inc. dan perusahaan afiliasinya untuk
exclusive bottling agreement (EBA). Perjanjian ini dalam rangka memproduksi, menjual, dan mendistribusikan secara eksklusif produk minuman non-alkohol dengan menggunakan merek milik Pepsi di Indonesia.
Kerjasama eksklusif ini akan berakhir dalam jangka waktu lima tahun sejak tanggal efektif dan telah diperpanjang hingga 2019.
Baca Juga: Dikabarkan putus kerja sama dengan Pepsi, ini kata Indofood (ICBP) Sejumlah analis menilai walaupun kontribusinya tidak besar ke perusahaan, tetap saja ICBP berpotensi merugi. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, Sekretaris Perusahaan ICBP Gideon A Putra dan Komisaris Utama Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franciscus Welirang tidak menjawab permintaan konfirmasi dari Kontan.co.id dan belum memberi penjelasan. Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan tidak berlanjutnya kerjasama dengan PepsiCo ini secara fundamental tidak mempengaruhi prospek perusahaannya ke depan. Sebab produk yang menguasai pangsa pasar ICBP saat ini adalah dari penjualan mie instan, makanan ringan, dan produk dairy. “Adapun produk minuman kontribusinya tidak besar ke pendapatan ICBP,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10) Kalau melihat laporan keuangannya terakhir di semester I-2019, produk mie instan berkontribusi sebesar 64% kemudian disusul segmen dairy 18% lalu makanan ringan 6%. Adapun segmen penyedap makanan berkontribusi 5% sedangkan minuman 4% dan segmen nutrisi & makanan 2%. Teguh menyatakan kerjasamanya dengan Pepsi hanya sebagian kecil dari kerjasamanya dengan perusahaan lain yakni Asahi Jepang yang juga membuat ICBP memproduksi minuman ber-merk Ichi Ocha dan air mineral Club. Kalau melihat secara prospek fundamentalnya, Teguh menyatakan tidak akan terlalu berpengaruh karena kontribusi minuman tidak signifikan pada pendapatan ICBP. Namun, tetap harus dilihat lagi dampak dari
statement kekecewaan Pepsi oleh pelaku pasar. Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas justru menyatakan walau kontribusi penjualan minuman yang tidak signifikan ICBP tetap berpotensi merugi walaupun tidak banyak. "Dengan adanya isu beredar yang saat ini bisa memberikan sentimen negatif bagi prospek sahamnya,” ujarnya. Teguh mengingatkan investor yang memiliki saham ICBP saat ini untuk berhati-hati karena prospek sahamnya sedang rawan. Teguh menjelaskan valuasi ICBP yang berada di Rp 12.200 per saham dengan
Price Book Value (PBV) di enam kali sudah sangat tinggi. Apalagi di tengah kondisi pasar yang sedang kontraksi, dibuktikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus terkoreksi, bisa saja saham ICBP ikut turun.
Baca Juga: BBCA, ICBP, SIDO dan TPIA masuk all-time high, simak kata analis Nah, kalau sudah koreksi akibat pasar dan investor mencermati hengkangnya Pepsi serta beragam isu lainnya yang menyertai ICBP, bisa jadi saham ICBP jatuh setiap saat. Teguh menyarankan bagi investor yang saat ini memiliki saham ICBP bisa lakukan
profit taking. Sebab siapapun yang memegang saham ICBP posisinya sudah bisa cuan banyak. Sebelumnya di April 2019 lalu saham ICBP berada di Rp 9.000 kemudian selang enam bulan sahamnya sudah naik 30% hingga ke Rp 12.200 per saham.
Jadi menurut Teguh ada baiknya investor menjual sahamnya sekarang dan pindah ke saham-saham lain yang lebih prospek dan aman yang sedang turun. Hal ini bisa jadi momen investor mendapat cuan dobel. Namun, Teguh menyarankan bagi investor yang mau masuk untuk avoid terlebih dahulu karena cerita yang beredar di pasar sedang tidak bagus. Tapi untuk enam bulan ke depan, di saat isu yang ada mulai ada kejelasan dan harga sahamnya mulai murah, investor baru disarankan untuk masuk. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi