KONTAN.CO.ID - Ekonomi Jepang mengalami kontraksi lebih dalam pada kuartal III 2024 setelah revisi data menunjukkan pelemahan signifikan pada belanja modal, meski para ekonom menilai pelemahan ini tidak cukup untuk mengubah rencana Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga. Data Kantor Kabinet Jepang pada Senin (8/12/2025) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut 2,3% secara tahunan, lebih buruk dari estimasi awal 1,8%, dan menjadi kontraksi tercepat sejak kuartal III 2023. Konsensus ekonom sebelumnya memperkirakan penurunan 2%.
Baca Juga: Mata Uang Asia Bergerak Tipis Senin (8/12) Pagi: Won Korea & Dolar Taiwan Paling Kuat Namun para analis menilai kontraksi ini kemungkinan akan rebound pada kuartal berikutnya dan tidak akan berdampak besar pada keputusan suku bunga BOJ yang dijadwalkan pada 18–19 Desember. Sumber
Reuters menyebutkan BOJ hampir pasti akan menaikkan suku bunga, dan pemerintah diperkirakan akan menerima langkah tersebut. “Angkanya tidak banyak mengubah penilaian keseluruhan terhadap perekonomian,” ujar ekonom Nomura Securities, Uichiro Nozaki. “Ekspektasi kenaikan suku bunga Desember meningkat tajam, terutama karena prospek kuat negosiasi upah musim semi tahun depan. Jalur normalisasi kebijakan tetap tidak berubah.” Secara kuartalan, PDB Jepang turun 0.6%, lebih dalam dari estimasi analis sebesar 0,5% dan pembacaan awal 0,4%.
Baca Juga: Thailand Lancarkan Serangan Udara di Kamboja, Ketegangan Kembali Memuncak Regulasi Baru Tekan Investasi Perumahan Konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh ekonomi Jepang direvisi naik menjadi 0,2% dari 0,1% setelah memasukkan data tambahan dari sektor restoran. Namun belanja modal, indikator utama permintaan domestik korporasi, direvisi turun menjadi -0,2%, jauh lebih lemah dari estimasi awal yang menunjukkan kenaikan 1,0% dan ekspektasi ekonom sebesar 0,4%. Permintaan eksternal (ekspor dikurangi impor) mengurangi pertumbuhan sebesar 0,2 poin persentase, tidak berubah dari data awal. Permintaan domestik menyumbang kontraksi 0,4 poin, lebih buruk dari pembacaan awal 0,2 poin. Pada September, Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif dasar 15% pada hampir semua impor Jepang, setelah sebelumnya berencana menerapkan tarif 27,5% pada mobil dan 25% pada sebagian besar barang lainnya, sebuah kebijakan yang menambah tekanan pada ekspor. Investasi perumahan kembali tertekan akibat regulasi efisiensi energi yang diperketat sejak April. Meski demikian, penurunannya menyempit menjadi 8,2% dari estimasi awal 9,4%.
Baca Juga: Kongres AS Dorong RUU Pertahanan US$ 901 Miliar, Lampaui Usulan Trump Prospek: Pulih, tetapi Terhambat Tarif AS Ke depan, para ekonom memperkirakan ekonomi terbesar keempat dunia ini akan kembali tumbuh pada kuartal IV, didukung pemulihan bertahap konsumsi domestik.
Meski begitu, tarif AS diperkirakan menjadi angin sakal bagi ekspor Jepang. “Untuk investasi modal, meskipun permintaan untuk digitalisasi dan penghematan tenaga kerja masih kuat, tekanan penurunan akan meningkat akibat pelemahan laba perusahaan. Sehingga laju kenaikan kemungkinan tetap moderat,” ujar ekonom senior Masato Koike dari Sompo Institute Plus.