Kontraktor kontrak karya bantu likuiditas bank BUMN



JAKARTA. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS) memicu pengetatan likuiditas di industri perbankan nasional. Namun, tidak demikian dengan bank-bank pelat merah. Mereka tertolong kebijakan penempatan dana abandonment dan site restoration (ASR) dari para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) minyak dan gas (migas).

Tahun ini, potensi dana ASR yang akan mereka kelola mencapai US$ 12,5 miliar. Bank-bank pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank Rakyat Indonesia (BRI), sudah mengelola sebagian dari dana tersebut.

Sekadar catatan, dana ASR merupakan dana rehabilitasi lingkungan paska adanya kegiatan tambang oleh KKKS. Jadi, setiap KKKS bisa mengajukan klaim dana ke pemerintah sebagai bagian dari cost recovery.


Direktur Business Banking BNI, Krishna R Suparto mengatakan, pengelolaan dana ASR ini menjadi salah satu sumber likuiditas bagi BNI. Hingga saat ini, bank berlogo angka 46 itu sudah mengelola dana ASR sebesar US$ 50 juta. "Bila kami berhasil menambah jumlah KKKS Migas yang membuka rekening di BNI, tidak akan ada lagi isu likuiditas di BNI," ujarnya, Kamis (23/11).

Sebagai sumber likuiditas, pengelolaan dana ASR ini berguna bagi bank untuk meningkatkan dana murah. Maklum, dana-dana itu disimpan di giro, sehingga bisa membantu menurunkan biaya dana (cost of fund) yang berujung pada penurunan bunga kredit, terutama kredit untuk kredit migas. "Tetapi kami juga harus menilai risiko mereka, kalau premi risiko mereka tinggi bank tidak bisa memberikan bunga rendah," tambahnya.

Untuk menjaga likuiditas valas, BNI mematok level-level tertentu dalam giro wajib minimum. Untuk kondisi sekarang, SR BNI sekarang sekitar US$ 600 juta atau sekitar Rp 54 triliun.

Bila kondisi likuiditas valas di Indonesia mulai mengetat, pihaknya akan me­naikkan GWM men­jadi US$ 800 juta atau sekitar Rp 72 triliun. Se­dangkan bila likui­ditas valas aman atau masih deras, perseroan mengalokasikan US$ 400 juta atau Rp 36 triliun.

Menambah likuiditas

Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri, Sunarso mengatakan, saat ini likuiditas valas Bank Mandiri masih dalam kondisi aman. Untuk menjaga likuiditas dollar AS, Mandiri telah menurunkan penyaluran kredit dolar. "Kami memiliki likuiditas dolar lebih dari US$ 800 juta, dan dana kelolaan ASR cukup menambah likuiditas dollar kami. Saat ini kami sudah mengelola dana ASR Rp 3,45 triliun.

Pengetatan likuiditas valas perbankan memang sudah mulai terlihat. Kredit tumbuh tinggi, tetapi likuiditas menurun. Per September 2011, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 18,7% menjadi Rp 2.544,86 triliun. Dari kenaikan itu, DPK valas hanya menyumbang 3% . Sementara kredit valas melonjak 41,8% menjadi Rp 339,98 triliun ketimbang periode sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.