JAKARTA. Tatkala ekonomi belum berlari kencang, proyek pemerintah bagai gula yang dirubung semut. Begitu pula yang terjadi dengan proyek rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Demi mengantongi proyek, sejumlah kontraktor menggeber jurus khusus.PT Wijaya Karya Tbk, misalnya, melibatkan anak-anak usaha untuk menyuplai kebutuhan beton pracetak dan teknologi konstruksi. Salah satu yang mereka libatkan adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk. Dengan begitu, perusahaan ini berharap bisa menyodorkan proposal proyek dengan harga terendah saat mengikuti tender.Salah satu proyek rusun yang sedang digarap Wijaya Karya yakni paket Nagrak
Tower 1-5. "Proyek tersebut baru evaluasi teknis saja," terang Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk, kepada KONTAN, Rabu (8/3).
Asal tahu saja, paket Nagrak merupakan bagian proyek 24 menara rusun senilai Rp 4,2 triliun milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Proyek terbagi dalam lima paket di lokasi berbeda, yaitu Nagrak, Rorotan IV, Penggilingan, Pulogebang dan Pesing. Sementara target kontrak proyek rusun Wijaya Karya tahun ini antara Rp 1 triliun -Rp 1,5 triliun. Target proyek rusun itu minimal setara 2,31% terhadap total target perolehan kontrak baru tahun 2017, yakni Rp 43,2 triliun. Meski ngebet dengan proyek rusun pemerintah, Wijaya Karya tak anti dengan proyek hunian bertingkat dari perusahaan swasta. Khusus untuk proyek tersebut, mereka mendelegasikan tugas kepada anak perusahaan bernama PT Wijaya Karya Gedung. Target perolehan kontrak Wijaya Karya Gedung tahun ini sebesar Rp 4 triliun. Salah satu proyek yang sudah mereka dapat adalah Trans Park Cibubur dari CT Corpora. Pemburu proyek rusun lain adalah PT Adhi Karya Tbk. Sama dengan Wijaya Karya, perusahaan pelat merah itu juga mengincar paket proyek Nagrak
Tower 1-5 senilai Rp 567,8 miliar. Selain itu, Adhi Karya juga tengah membidik proyek rusun paket Penggilingan. Kalau Adhi Karya memenangkan kedua paket tadi, total mereka bakal menggenggam tiga paket proyek rusun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebab, perusahaan yang tercatat dengan kode saham ADHI di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu sudah memenangkan paket Nagrak
Tower 6-10 senilai Rp 567,8 miliar. Dalam memburu proyek, Adhi Karya mengaku tak pandang bulu mengenai lokasi. "Asalkan harganya masuk dalam perhitungan kami, setiap ada tender akan kami ikuti," jelas Ki Syahgolang Permata, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk. Adapun strategi Adhi Karya adalah menyodorkan komitmen untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan target. Mereka juga melibatkan anak perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan bangunan proyek. Swasta juga minatl Tak cuma perusahaan BUMN, perusahaan swasta PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk juga mengincar proyek rusun. Bidikan perusahaan itu sama persis dengan Adhi Karya yakni, paket Nagrak Tower 1-5 dan paket Penggilingan. Satu proyek lagi yang Nusa Konstruksi incar adalah paket Pulo Gebang.
Demi memenangkan tender, Nusa Konstruksi pilih strategi meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Perusahaan yang tercatat dengan kode saham DGIK di Bursa Efek Indonesia tersebut juga menjalin kerjasama dengan mitra bisnis lewat skema proyek
joint operation. Kendati berhasrat dengan proyek rusun, Nusa Konstruksi tak menetapkan target perolehan kontrak. "Kami membuka peluang terhadap semua jenis pekerjaan baik gedung maupun infrastruktur," tutur Almanda Pohan,
Public Relation Corporate PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. Sementara target seluruh kontrak baru Nusa Konstruksi tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun. Perinciannya, 30% proyek infrastruktur dan 70% proyek gedung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini