Kontraktor migas meragukan target pendapatan migas



JAKARTA. Pemerintah menargetkan penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) pada  2013 mendatang mencapai US$ 31,75 miliar. Angka tersebut turun sebesar 5,18% dibandingkan dengan target tahun 2012 ini yang mencapai US$ 33,485 miliar.

Hadi Prasetyo, Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan gas Bumi (BP Migas) mengatakan, target penerimaan negara dari sektor migas setiap tahunnya terus berfluktuasi. Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan negara tersebut yakni, harga minyak mentah Indonesia atawa Indonesia Crude Price (ICP).

Tahun ini, pemerintah mengasumsikan ICP sebesar US$ 105 per barel, sedangkan untuk 2013 depan nilai ICP diasumsikan turun menjadi US$ 100 per barel. Meskipun harga minyak mentah diproyeksikan bakal melandai, BP Migas tetap optimistis akan mencapai target yang dipatok pemerintah. "Kami siap untuk mencapai target," kata dia, akhir pekan lalu.


Hadi mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya selalu dapat memenuhi target penerimaan negara dari sektor migas. Dia mencontohkan, pada tahun 2010, penerimaan negara yang diperoleh dari sektor migas mencapai US$ 26,49 miliar, padahal target yang ditetapkan pemerintah hanya US$ 26,06 miliar.

Untuk tahun ini, pemerintah dalam APBN Perubahan 2012 menargetkan penerimaan negara dari sektor migas mencapai US$ 33,485 miliar. "Tahun 2012 ini, kami juga optimistis target terlampaui," imbuhnya.

Pada semester-I 2012, realisasi pemasukan negara yang berasal dari sektor hulu migas telah mencapai US$ 18,81 miliar, atau sebesar 112% dari target pemerintah US$ 16,74 miliar.

Sammy Hamzah, Vice President of Indonesian Petroleum Association (IPA) mengatakan, meskipun mengalami penurunan target pendapatan migas, pihaknya memproyeksikan target tersebut cukup sulit untuk dicapai pemerintah.

Menurutnya, terdapat dua faktor yang sangat menentukan besaran penerimaan negara dari sektor migas. Yakni, harga minyak mentah dan produksi minyak dan gas domestik.

Dia menjelaskan, pihaknya pesimistis pada tahun depan produksi minyak mampu memenuhi target yang dipatok pemerintah, yaitu sebesar 900.000 barel per hari (bph)."Di tahun ini saja, dari target yang dipatok pemerintah 930.000 bph, masih kurang sekitar 10%. Tahun depan, produksi minyak sangat mungkin akan turun menjadi 810.000-820.000 bph, atau jauh dari target," jelas dia.

Katanya, penurunan produksi minyak tersebut lantaran kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) saat ini masih mengandalkan sumur lapangan tua yang minyaknya makin sulit diambil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri