Kontribusi ekonomi turun, BI fokus Indonesia timur



JAKARTA. Indonesia bagian timur menjadi wilayah potensial untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan nasional. Oleh karena itu Bank Indonesia (BI) mengaku akan lebih memperhatikan kawasan ini lebih besar ke depannya.

Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, kawasan timur diharapkan tidak bergantung pada sumber daya alam (SDA) semata. Sebab, lama kelamaan sumber daya alam akan habis dan perekonomian kawasan timur bisa mandeg.

Ini pulalah yang kemudian menjadi salah satu alasan perekonomian kawasan timur menurun ketika pemberlakuan pelarangan ekspor mineral mentah berlaku. Dalam hal ini, harus dikembangkan arah ekspor komoditi yang bisa menciptakan nilai tambah besar. Misalnya, pengelolaan sumber daya laut seperti kulit ikan tuna yang bisa dijadikan kolagen. "Daerah timur kaya dengan sumber daya laut. Hal-hal seperti inilah yang harus dikembangkan," katanya, Rabu (6/8).


Sekedar gambaran, kontribusi wilayah Maluku dan Papua terhadap PDB triwulan II turun menjadi 1,91%. Sebelumnya pada triwulan I kontribusinya sebesar 1,94%. Begitu pula Kalimantan, yang pada triwulan I berkontribusi dalam PDB sebesar 8,45% terhadap perekonomian nasional, turun menjadi 8,31% pada triwulan II. Sehingga pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 Indonesia hanya 5,12%.

Sebagai langkah mengembangkan kawasan timur, BI akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan BI seluruh daerah pada Senin minggu depan (11/8) yang berlokasi di kota Manado. Manado menjadi lokasi yang dipilih untuk memfokuskan diri pada wilayah timur.

Dalam pertemuan dengan seluruh pimpinan daerah BI tersebut akan dibahas peluang-peluang Indonesia bagian timur. Pembahasan tersebut akan tertuang dalam kajian ekonomi dan keuangan regional (KEKR), di mana akan membahas wilayah timur yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara.

Diakui Peter, kontribusi wilayah timur tersebut terhadap PDB hanya 17%-18% saja. Persentase kontribusi tersebut bahkan lebih rendah dari wilayah DKI Jakarta sendiri yang memberikan kontribusi 18%-20% terhadap perekonomian nasional.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa berpendapat, untuk bisa membalikkan pola ekspor wilayah timur yang berbasis sumber daya alam tidak bisa instan. Pemerintah bersama BI dalam hal ini harus menciptakan iklim investasi yang baik.

Desain kebijakan perlu dibuat untuk mendukung perekonomian terutama dalam soal infrastruktur. Untuk BI sendiri, perlu menciptakan kebijakan dukungan suku bunga yang lebih kompetitif di pasar. "Kalau tidak seperti itu, ekonomi tidak akan bergerak," kata Purbaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa