KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk alias Antam mengumumkan laporan kinerja periode sembilan bulan 2024. Emiten dengan kode saham
ANTM di Bursa Efek Indonesia ini meraup penjualan senilai Rp 43,20 triliun hingga September 2024. Penjualan ANTM melonjak setinggi 39,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY), yang kala itu sebesar Rp 30,89 triliun. Direktur Utama Antam Nico Kanter mengungkapkan ANTM masih dihadapkan pada tantangan operasional yang disebabkan oleh kendala perizinan.
Meski begitu, ANTM bisa mengoptimalkan kinerja produksi dan penjualan, terutama pada komoditas nikel. Sementara peningkatan permintaan dalam negeri dan strategi pemasaran telah mendorong kinerja penjualan komoditas emas yang signifikan. Kontribusi penjualan domestik mencapai Rp 39,79 triliun atau sekitar 92% dari total penjualan bersih ANTM hingga kuartal III-2024. "Strategi kami memperkuat basis pelanggan domestik telah memberikan dampak signifikan.
Baca Juga: Ini Penyebab Laba Antam (ANTM) Turun 22,53% Saat Penjualan Melonjak ANTM tidak hanya memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global," terang Nico dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/10) malam. Berikut laporan kinerja produksi dan penjualan ANTM dalam periode sembilan bulan 2024:
Pada periode sembilan bulan 2024, ANTM meningkatkan pangsa pasar domestik melalui produk segmen emas yang berkontribusi sebesar 83% terhadap total penjualan. Nilai penjualan segmen emas mencapai Rp 35,70 triliun atau melonjak 85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 19,29 triliun. Sampai dengan September 2024, ANTM mencapai total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kg (23.888 ons troi). Penjualan emas ANTM meningkat sekitar 47% (YoY) dari 19.460 kg (625.654 troy oz) menjadi 28.567 kg (918.450 ons troi), yang didorong oleh strategi pemasaran, inovasi produk dan penguatan pangsa pasar.
Segmen nikel (produk feronikel dan bijih nikel) berkontribusi sebesar 14% terhadap total penjualan, dengan nilai Rp 6,10 triliun. Kinerja penjualan segmen nikel dipengaruhi oleh tantangan perizinan yang terjadi di awal tahun 2024, sehingga berdampak pada kinerja penjualan. Sepanjang sembilan bulan 2024, volume produksi feronikel ANTM mencapai 15.244 ton dalam feronikel (TNi). Sedangkan volume penjualan produk feronikel pada periode yang sama sebesar 11.691 TNi. Sementara untuk produk bijih nikel, volume produksinya mencapai 7,30 juta wet metric ton (wmt). Volume penjualan bijih nikel ANTM hingga September 2024 tercatat sebesar 5,71 juta wmt.
- Komoditas bauksit dan alumina
Kontribusi dari segmen bauksit dan alumina sebesar 3% terhadap total penjualan ANTM. Kontribusinya senilai Rp 1,16 triliun. Volume produksi bauksit yang digunakan sebagai bahan baku bijih pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) serta penjualan kepada pihak ketiga mencapai 637.713 wmt. ANTM telah memasarkan produksi bauksit, sejalan dengan diperolehnya perizinan. ANTM mencatatkan total penjualan bauksit sebanyak 97.430 wmt. Sementara untuk produk alumina, ANTM melalui entitas anak yang mengoperasikan pabrik CGA Tayan, PT Indonesia Chemical Alumina telah memproduksi 105.883 ton alumina. Volume penjualan produk alumina hingga kuartal III-2024 mencapai 133.065 ton alumina. Meningkat 23% dari capaian penjualan alumina pada sembilan bulan 2023, yang kala itu sebesar 108.351 ton.
Meski pendapatan melonjak, tapi ANTM mengalami penurunan laba. Secara bottom line, ANTM meraih laba bersih senilai Rp 2,20 triliun hingga September 2024. Realisasi tersebut turun 22,53% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 2,84 triliun yang diperoleh pada September 2023 lalu. Nico Kanter mengungkapkan ANTM mampu mencatatkan EBITDA positif senilai Rp 3,93 triliun dalam periode sembilan bulan 2024. Menurut Nico, capaian hingga kuartal III-2024 menunjukkan kemampuan ANTM dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global. Nico menyoroti kondisi makro ekonomi yang berpengaruh terhadap harga komoditas. Kemudian, ada kondisi terkait regulasi dalam negeri yang memiliki dampak pada kinerja produksi dan penjualan ANTM. Di tengah kondisi pasar yang menantang, ANTM mengusung operation excellecence untuk mencapai target produksi dan penjualan, marketing yang agresif untuk komoditas emas, serta startegi efisiensi biaya di segala lini operasi.
"Kami terus berkomitmen memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan," tandas Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari