KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lima bulan sudah terlewati dari 2018, bisnis kontraktor swasta masih ditopang oleh proyek-proyek sektor privat. Kebanyakan perusahaan konstruksi ini masih belum kebagian berkah dari proyek pemerintah. Pencapaian kontrak baru kontraktor swasta sepanjang periode Januari-Maret 2018 memang masih minim dan sebagain besar masih dari proyek milik swasta. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) misalnya, baru mengantongi kontrak baru Rp 300 miliar selama lima bulan pertama. Itu baru 3% dari target perusahaan tahun 2018. Bahkan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian tersebut jauh ketinggalan. Pada periode itu, grup Astra ini sudah membukukan Rp 7,1 triliun kontrak anyar.
Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST mengatakan, sebagian besar kontrak baru itu didapat dari poyek pondasi. Sementara proyek struktur hanya sebesar Rp 30 miliar. Adapun proyek yang sudah didapat ACST tersebut diantaranya Fly ash silo di Batang Rp 30 miliar, Graha Pertamina Rp 40 miliar, Silo Tanjung Jati Rp 20 miliar, Proyek Patimban Rp 173 miliar, dan struktur VO Apartemen Borobudur Rp 30 miliar. Sebagian besar proyek tersebut didapatkan dari swasta sebagai subkontraktor. Meski didapat dari swasta, tetapi salah satunya yakni Proyek Patimban merupakan bagian dari proyek pemerintah. ACST menjadi subkontraktor dari kontraktor Jepang untuk pembangunan proyek itu. "Kami dapat dari kontraktor Jepangnya," kata Maria pada Kontan.co.id, Rabu (6/6) lalu. Sebelumnya pada kahir Mei 2018 lalu, lima kontraktor telah memenangkan pembangunan proyek Pelabuhan Patimban. Tiga merupakan perusahaan Jepang dengan porsi 70% dan dua lagi Kontraktor karya yakni PTPP denagn porsi 18% dan Wika 12%. Meskipun capaian masih jauh dari target, ACST masih sangat optimis bisa mencapai target kontrak baru yang sudah ditetapkan tahun ini yaitu Rp 10 triliun. Sementara PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) telah mengantongi kontrak baru senilai Rp 594 miliar sampai dengan April 2018 atau sekitar 15,6% dari target setahun yaitu Rp 3,8 triliun. Seluruh proyek itu masih didapatkan dari swasta. Proyek-proyek yang sudah didapatkan itu antara lain Sika Factory Cikarang, ACS Works Kerry Cikarang Phase-3, Power Blok Indah Kiat Karawang 2 Mills, Rumah sakit Budi Medika Lampung, Rumah Sakit Pricilia Medical Center Cilacap, dan PLTD Halmahera. Sementara PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) memang fokus bidik proyek gedung-gedung tahun ini. Perusahaan tidak memiliki rencana untuk membidik proyek infrastruktur milik pemerintah. Hingga akhir April 2018, TOTL telah mencatatkan kontrak Rp 280 miliar. "Kita hanya fokus membidik proyek-proyek gedung premium," kata Mahmilan Sugiyo, Sekretaris Perusahaan TOTL. Berbeda dengan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), kontraktor justru sudah panen dari proyek pemerintah dan masih akan terus membidik proyek darisana. Hingga Mei, perusahaan sudah mencatatkan kontrak baru Rp 2,07 triliun atau 51,69% dari target Rp 4 triliun. Andre Chandra Biantoro, Direktur TOPS mengatakan sebagian besar kontrak baru tersebut didapat dari proyek pemerintah yaitu sebesar Rp 1,38 triliun. Sedangkan proyek swasta menyumbang Rp 693 miliar. Adapun proyek pemerintah tersebut adalah Proyek Transit oriendted Development (TOD) Lebak Bulus Rp 900 miliar, Proyek Rumah DP Rp 0 Kelapa Village Rp 320 miliar, Ged Twin Tower Asrama Jawa Barat dan Rusunawa DIY.
"TOD Lebak Bulus dan DP Rp 0 merupakan kita kategorikan proyek pemerintah karena kita join venture dengan PD Pembangunan Sarana Jaya yang merupakan BUMD DKI Jakarta," kata Andrea pada Kontan.co.id baru-baru ini. Sedangkan proyek swasta yang sudah didapatkan selama Januari-Mei 2018 baru berasal dari Antasari Height. Tahun ini, perusahaan kontraktor ini mengincar 70% dari target tahun ini berasal dari proyek pemerintah dan 30% dari proye swasta. Saat ini, perusahaan juga sedang mengikuti tender proyek Rp 3 triliun dan separuhnya merupakan proyek pemerintah seperti pasar atas, Rusun Polri, dan Proyek UIN Jember dari Kementerian Pendidikan. Selain itu, perusahaan mulai fokus mengincar proyek-proyek infrastruktur jembatan sebagai subkontraktor seperti enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta dan jalan tol di Makassar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie