Kontribusi sereal di industri makanan di tanah air masih mungil



JAKARTA. Pertumbuhan industri sereal masih stagnan. Sebab, produsen makanan tidak banyak memproduksi produk makanan dengan bahan baku sereal. Lagipula peminat produk itu masih relatif kecil dibanding segmen olahan roti lainnya. Sebagai gambaran, industri roti tumbuh sekitar 7% per tahun sejak tahun 2000 dengan pencapaian secara nilai sebesar US$ 4,2 miliar pada 2010. "Sereal masih memegang pasar yang sangat kecil, kurang dari 1%," ucap Managing Director Head of Food and Agribusiness Research and Advisory Asia Rabobank Internasional John Baker, usai konferensi ekonomi Indonesia Food and Agribusiness Outlook, Kamis (17/11).Sekitar 76% pertumbuhan volume di kontribusi kategori produk roti matang, 23% disumbang biskuit, dan sisanya sereal."Meski memiliki kontribusi kecil di pasar industri roti, produk itu diperkirakan dapat tumbuh sekitar 11% per tahun selama lima tahun mendatang," kata Baker. Industri roti menanjakPesatnya ekspansi retailer modern disebut bakal mendongkrak distribusi produk roti matang berkemasan. "Produk ini diharapkan tumbuh sekitar 5% per tahun untuk periode 2010 sampai 2015," ucapnya.Berbeda dengan produk roti matang, kategori biskuit yang tidak terlalu besar pangsa pasarnya mampu mencatatkan penjualan sekitar US$ 2,2 miliar dengan volume mencapai 265.000 ton. Pangsa pasar terbesar masih dipegang oleh perusahaan domestik, sedangkan perusahaan multinasional memilih berada pada segmen kelas atas dengan jenis biskuit berkualitas tinggi.Penjualan produk itu telah meningkat sekitar 5% per tahun sejak 2000 dan diharapkan dapat tumbuh sebesar 4% per tahun selama lima tahun mendatang. Pertumbuhan yang stabil dari industri roti ternyata menyulut keinginan beberapa ritel modern menjajal pemasaran produk dengan merek pribadi. Seperti Carrefour dan Giant, keduanya kini memasarkan produk roti dengan merek mereka sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini