KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA) baru saja mengumumkan rencana penutupan layanan penjualan produk fisiknya. Keputusan ini merupakan tindak lanjut dari rencana restrukturisasi usaha yang dicetuskannya tahun lalu. Pada akhir Oktober 2024, manajemen menyampaikan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait upaya peninjauan kembali terhadap sejumlah segmen usaha. Rencananya aksi korporasi ini akan dilaksanakan bertahap dan ditargetkan rampung seluruhnya pada kuartal II 2025. Cut Fika Lutfi, Sekretaris Perusahaan BUKA menyebut keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan dengan penuh kehati-hatian. Perubahan ini diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah dikembangkan dan memiliki pertumbuhan lebih besar.
“Proses penghentian layanan produk fisik akan dilakukan secara bertahap dan akan dimulai pada Februari 2025,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Kamis (9/1).
Baca Juga: Bukalapak Tutup Layanan Penjualan Produk Fisik, Bagaimana Nasib Saham BUKA? Menurutnya meskipun manajemen telah melakukan berbagai upaya terbaik namun lini bisnis produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak terus menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir yang diakibatkan oleh perubahan dinamika pasar dan tantangan industri. Di lain sisi, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Disisi lain, manajemen BUKA pun percaya bahwa dengan berfokus pada layanan produk virtual serta lini bisnis yang telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, perseroan dapat memperkuat posisinya dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna.
Baca Juga: Ini Kata Bukalapak.com (BUKA) di Tengah Wacana Penghentian Bisnis Marketplace Cut Fika juga juga memastikan penghentian layanan produk fisik tidak memiliki dampak yang merugikan terhadap kelangsungan usaha perseroan. Layanan produk fisik pada aplikasi dan situs Web Bukalapak memiliki kontribusi sekitar 3% (tiga persen) dari seluruh pendapatan perseroan. Sebaliknya, justru penghentian layanan produk fisik mendukung upaya perseroan untuk mencapai EBITDA positif. Manajemen berharap langkah ini dapat membawa dampak yang baik terhadap kondisi operasional dan kinerja keuangan di masa depan dikarenakan perseroan dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang cukup signifikan. Asal tahu saja, melansir laporan keuangan pada akhir kuartal III 2024, disampaikan kalau kontribusi pendapatan
marketplace masih mendominasi. Dari seluruh pendapatan senilai Rp 3,39 triliun, segmen
marketplace menyumbang porsi 51,07% atau sebesar Rp 1,74 triliun. Sisanya diikuti oleh segmen online to offline sebesar 48,93% atau sebesar Rp 1,66 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih