Kontribusi Utang Asia Membengkak, Pejabat IMF Serukan Lakukan Tiga Langkah Berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi global masih mendung. Salah satunya dipicu tren suku bunga tinggi yang berpotensi bertahan selama beberapa waktu ke depan. 

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengingatkan, negara-negara di Asia terancam mengalami pembengkakan utang. 

Sebenarnya ini pun sudah terlihat. “Kontribusi utang Asia ke total utang global naik dari 25% sebelum krisis finansial dunia, menjadi 39% saat ini,” ujar Georgieva dalam AMRO Forum, Selasa (5/12). 


Baca Juga: IMF Kerek Outlook Ekonomi China, Berkah Bagi Ekspor Indonesia

Georgieva menjelaskan utang naik, baik itu dari utang rumah tangga, utang korporasi, juga utang pemerintah. Kalau utang pemerintah, salah satunya juga disebabkan oleh upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat saat pandemi Covid-19. 

Dalam menghadapi tantangan tersebut dan agar utang tak lagi membengkak, Georgieva melihat setidaknya ada tiga aksi yang perlu dilakukan oleh pemerintah di regional tersebut. 

Pertama, bank sentral harus hati-hati dalam menaikkan suku bunga acuan. Salah satu fokus utama untuk menaikkan suku bunga acuan adalah untuk menjaga stabilitas harga. 

Baca Juga: Menakar Peluang Investment Market dalam Situasi Konflik Geopolitik

Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan ini juga akan mencekik masyarakat dan dunia kerja. Ini pun akan mendorong dampak rambatan dan tantangan dari sisi finansial. 

Kedua, negara dengan utang tinggi perlu untuk mengerem utang. Dalam hal ini, kerangka fiskal yang kredibel dalam jangka menengah dibutuhkan. Pun konsolidasi fiskal. 

“Sehingga nantinya anggaran yang ada juga bisa dimasukkan ke dalam belanja yang lebih berkualitas, seperti untuk belanja pendidikan dan kesehatan,” ujarnya. 

Untuk menanggulangi utang publik, Georgieva mengimbau pemerintah untuk memperbaharui hukum, regulasi, dan kalau perlu adanya restrukturisasi. 

Baca Juga: Hadiri Pertemuan IMF-World Bank, Ini Harapan Gubernur BI

Kebijakan makroprudensial masing-masing negara juga perlu membantu, seperti dengan kebijakan loan to value (LTV) yang longgar, sehingga membantu beban utang rumah tangga. 

Ketiga, negara-negara di Asia perlu untuk memperkuat kerja sama multilateral. Ini pun juga menjadi salah satu komitmen IMF, terutama untuk membantu negara-negara anggota dengan utang yang tinggi. 

Editor: Noverius Laoli