Kontroversi Menggelayuti Pelaksanaan Tinju Wanita di Olimpiade Paris 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imane Khelif dari Aljazair dan Lin Yu-Ting dari Taiwan menjadi pusat perhatian setelah keduanya diizinkan untuk berkompetisi di Olimpiade Paris 2024 meskipun sebelumnya didiskualifikasi karena gagal memenuhi tes kelayakan gender dan testosteron.

Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keadilan dalam kompetisi dan potensi risiko keamanan bagi atlet lainnya.

Khelif didiskualifikasi oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA) tahun lalu menjelang pertandingan medali emas di Kejuaraan Dunia Wanita karena kadar testosteron yang tinggi. Lin Yu-Ting, juara dunia dua kali dari Taiwan, kehilangan medali perunggunya di New Delhi karena gagal dalam tes biokimia untuk kelayakan gender.


Baca Juga: Ini Deretan Miliarder Dunia yang Terlihat di Perhelatan Olimpiade Paris 2024

Reaksi dari Komunitas Olahraga

Caitlin Parker, kapten tim tinju Australia, menjadi salah satu atlet pertama yang secara terbuka mengungkapkan kekhawatirannya. Ia menekankan bahwa keberadaan atlet dengan keunggulan biologis dalam olahraga kontak dapat menimbulkan risiko signifikan bagi keselamatan atlet lainnya.

Komentar serupa disampaikan oleh beberapa tokoh olahraga dan pejabat pemerintah, termasuk Menteri Keluarga dan Kesetaraan Kesempatan Italia, Eugenia Roccella, dan Menteri Olahraga Italia, Andrea Abodi.

Tanggapan Resmi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC)

IOC, melalui juru bicara utamanya, Mark Adams, menegaskan bahwa semua atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Paris 2024 telah memenuhi semua regulasi kompetisi dan medis yang berlaku. Pernyataan ini disampaikan setelah muncul tuduhan terhadap Khelif dan Lin Yu-Ting. Meskipun demikian, masih banyak pihak yang meragukan keadilan dari keputusan ini.

IBA menyatakan bahwa keputusan untuk mendiskualifikasi Khelif dan Lin Yu-Ting tahun lalu dibuat setelah tinjauan yang cermat dan penting untuk menjaga integritas kompetisi. Namun, mereka juga mengkritik penerapan kriteria kelayakan yang tidak konsisten oleh organisasi olahraga lainnya, termasuk IOC.

Baca Juga: Penonton Pembukaan Olimpade Paris Terbanyak Sejak Tahun 2012

Dampak Terhadap Masa Depan Olahraga Wanita

Perdebatan mengenai kelayakan atlet transgender dan DSD tidak hanya berpengaruh pada tinju, tetapi juga olahraga lainnya. Studi menunjukkan bahwa kadar testosteron yang tinggi dapat memberikan keunggulan signifikan dalam olahraga kontak.

Misalnya, pria secara biologis dapat memukul 2,6 kali lebih keras daripada wanita, yang menjadi salah satu keunggulan performa terbesar yang tercatat dalam olahraga apapun.

Santiago Nieva, pelatih tinju Australia, menyatakan bahwa ia tidak akan mengajukan keluhan jika atletnya, Marissa Williamson, bertemu dengan Khelif di ring. Ia menekankan bahwa selama kriteria kelayakan dari IOC dipenuhi, keputusan tersebut harus diterima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .