Konversi bahan bakar, Vale Indonesia berhemat US$ 23 juta setahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel merupakan hal yang tidak bisa dikontrol PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Demikian pula harga komoditas batubara dan minyak yang menjadi komponen utama operasional produksi INCO.

"Biaya energi itu sekitar 30% dari cash cost kami," ujar Direktur Keuangan INCO Febriany Eddy, Rabu (4/4).

Sepanjang 2017, beban pokok INCO tercatat US$ 622,78 juta. Dari jumlah itu, sebesar US$ 174,17 juta merupakan pengeluaran untuk bahan bakar minyak dan batubara.


Karena tidak bisa dikontrol, langkah efisiensi menjadi satu-satunya pilihan. Secara perlahan, INCO mulai beralih ke batubara sebagai bahan bakar utama.

Meski harga batubara tinggi, tapi perusahaan masih bisa mengakali hal itu dengan beberapa jaringan instalasi pengolahan bijih nikel yang disebut kiln. Sehingga, penggunaan batubara tetap lebih efisien dibandingkan minyak.

INCO berencana untuk memiliki lima kiln. Salah satunya sudah beroperasi pada tahun lalu. Strategi tersebut membuahkan hasil. "Kami bisa menghemat US$ 23 juta setahun," imbuh Febriany.

Bulan ini, percobaan operasional kiln kedua bakal dilakukan untuk kemudian ditargetkan bisa beroperasi penuh pada tahun ini. Sehingga, ke depan, kontrol efisiensi INCO makin kuat seiring dengan keberadaan kiln.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini