Konversi lahan pertanian ancam produksi beras



JAKARTA. Konversi atau alih fungsi lahan pertanian mengganggu produksi beras. Menurut Menteri Pertanian Suswono, tiap tahun tidak kurang dari 100 ribu hektare lahan pertanian yang mengalami alih fungsi. Sebagian besar untuk membangun pemukiman atau pabrik. Padahal, kata Suswono, kemampuan mencetak sawah saat ini baru 30 ribu hektare tiap tahun. "Memang sekarang ini ancamannya adalah konversi lahan," ujar Suswono di Istana Negara, Jumat (3/12).Suswono menambahkan, saat ini, rata-rata kebutuhan beras mencapai 2,7 juta ton setiap bulannya. Adapun secara kumulatif kebutuhan dalam setahun sekitar 33 juta ton.

Di sisi lain, tingkat produksi beras rata-rata mencapai 38 juta ton per tahun. Tapi, kata Suswono, produksi itu belum memadai memenuhi kebutuhan beras setiap bulannya. "Sebab, hanya selisih 5 juta ton saja dengan tingkat kebutuhan atau rata-rata hanya cukup untuk kurang dari 2 bulan saja," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu. Oleh sebab itu, Suswono sudah meminta kepada Bupati/Walikota memperhatikan masalah laju konversi lahan pertanian di wilayahnya masing-masing. "Saya berharap betul-betul Bupati/Walikota bisa menahan laju konversi ini," imbuhnya.Kepada Bupati/Walikota itu, Suswono menyampaikan agar mengurangi pemberian izin alih fungsi lahan pertanian. Menurutnya, kalau ingin mendirikan pemukiman atau pabrik sebaiknya di lahan marjinal, bukan lahan subur.Makanya, Suswono menjamin pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas. Selain itu, pemerintah juga akan menggalakkan kampanye mengurangi konsumsi beras. Sebab, masih banyak sumber karbohidrat selain beras. "Target saya 1,5% pengurangan konsumsi beras per tahun," janjinya.Bukan itu saja, infrastruktur untuk meningkatkan produksi beras juga digalakan. Suswono mencontohkan, mulai tahun depan akan dibangun 5200 embung atau penahan air di seluruh IndonesiaPembangunan embung ini dilakukan lewat program padat karya."Karena kalau membangun bendungan jelas memerlukan biaya cukup besar dan dalam waktu dekat tidak mungkin," tutur Suswono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie