Konversi surat utang non tradable picu likuiditas



JAKARTA. Rencana pemerintah melakukan konversi surat utang nontradable menjadi tradable diharapkan bisa mengaktifkan perdagangan pasar obligasi. Dan meningkatkan pergerakan harga Surat Berharga Negara (SBN). Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menjelaskan, konversi tersebut akan membuat Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter bisa lebih mengoptimalkan penggunaan instrumen SBN untuk operasi pasar. Akibatnya, perdagangan di pasar obligasi semakin aktif sehingga permintaan (demand) terutama dari sektor perbankan. "Konversinya akan dilakukan secara bertahap untuk menambah suplai di pasar SBN," kata Rahmat dalam Seminar Himpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) di Jakarta, Rabu (6/6).Hendar, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia menjelaskan, di tahap awal pemerintah bersama BI akan mengamandemen Surat Kesepakatan Bersama (SKB) 2003 perihal Surat Utang Pemerintah (SUP). Revisi SKB 2003 rencananya akan tuntas pada bulan ini. Setelah meminta persetujuan Presiden dan DPR, konversi SBN nontradable baru bisa dieksekusi. SBN seri nontradable yang akan dikonversi yakni SU-002, SU-004 dan SU-007. "Tiga seri itu akan dikonversi tetapi jumlahnya belum disepakati. Kalau ketiganya dikonversi semua, jumlahnya bisa mendekati Rp 80 triliun," kata Hendar.

Bank sentral juga diharapkan bisa memanfaatkan konversi SBN untuk kepentingan instrumen moneter. Sehingga tidak perlu lagi menghimpun SBN di pasar sekunder. Selain itu, porsi penggunaan instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan instrumen lainnya dapat dikurangi dan digantikan dengan SBN.Rahmat menambahkan, BI juga bisa menggunakan SBN sebagai instrumen moneter. Akibatnya, kredibilitas BI bisa lebih kuat dan memberikan kepercayaan diri pada pasar yang saat ini masih volatile. "Kebutuhan kita adalah mempunyai pasar instrumen jangka panjang agar perekonomian bisa tumbuh lebih cepat," katanya.

Pasar obligasi lebih likuidEkonom Senior Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan, konversi membuat investor lebih nyaman. Sebab, suplai SBN di pasar obligasi bertambah sehingga likuiditas semakin terjaga. Selain itu, stabilisasi harga di pasar obligasi akan lebih mudah dengan SBN. "Market melihatnya akan positif karena akan menambah suplai," kata dia.Head of Debt Capital Trimegah Securities Herdi Ranuwibowo mengatakan, likuiditas pasar akan semakin ramai apabila BI dapat melakukan operasi moneter dengan instrumen SBN yang dapat diperdagangkan. "Kalau untuk likuiditas ini positif, perdagangan akan ramai kembali," papar dia. Ketua Himdasun Royke Tumilaar menambahkan, situasi perekonomian saat ini bagi pelaku pasar yang terpenting adalah stabilitas moneter dan tren suku bunga dan nilai tukar yang jelas. Meski pemerintah akan mengkonversi surat utang nontradable menjadi tradable, Rahmat memastikan langkah ini tidak akan mengurangi porsi penerbtan SBN di tahun ini. Rahmat bilang penerbitan SBN tetap sesuai dengan kebutuhan pembiayaan APBN. Pemerintah merencanakan penerbitan SBN bruto sebesar Rp 271 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana