KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandangan terhadap usaha koperasi yang selalu miring dan hanya kelas pinggiran kini sudah saatnya harus ditinggalkan. Bisnis koperasi kini sudah masuk ke dalam usaha skala besar dan tidak kalah kinerjanya dengan usaha besar swasta lainnya. Salah satu buktinya, kini sudah ada koperasi yang mampu mendulang aset Iebih dari Rp 7 triliun dan volume usaha Iebih dari Rp 5,7 triliun. Hal itu dikemukan oleh penulis dan pengamat perkoperasian lrsyad Muchtar saat peluncuran buku 100 Koperasi Besar Indonesia 2017, Senin (31/10) di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta.
Buku terbitan ketiga setelah sebelumnya terbit pada tahun 2012 dan 2015 itu diluncurkan oleh Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dihadiri oleh 100 pengurus dan pengelola koperasi besar dari berbagai pelosok Tanah Air. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengatakan adanya 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI) merupakan cerminan kegiatan transaksional antar anggota dan koperasi dan kegiatan pelatihan pelaku Koperasi. Agus bilang, Kemkop dan UKM ingin melihat koperasi terbaik dalam melaksanakan ketentuan maupun peningkatan omzet. "Tujuan penghargaan ini untuk meningkatkan gairah pelaku koperasi serta peningkatan prestasi koperasi tersebut," ungkap Agus kepada Kontan.co.id pada Senin (30/10) di Jakarta. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh lrsyad Muchtar selama dua tahun terakhir, bisnis koperasi skala besar terus tumbuh di berbagai daerah di Tanah Air. Menariknya, koperasi berskala justru berkembang di kota-kota yang terbilang relatif kecil. Di posisi puncak koperasi besar, yaitu Kospin lasa dengan aset Rp 7,036 triliun dan volume usaha Rp 4,6 triliun, hingga kini masih terap berkantor pusat di Pekalongan, Jawa Tengah. Selain itu, Koperasi Kredit Lantang Tipo dengan aset Rp 2,6 triliun dan volume usaha Rp 1,8 triliun tetap bermarkas di Kabupaten Sanggau, yang berjarak sekitar 250 km dari ibu kota Kalimantan Barat. Demikian pula dengan KSPPS UGT Sidogiri dengan aset Rp 2,3 triliun dan volume usaha Rp 2,05 triliun mengelola usaha dari Pasuruan Jawa Timur. Sementara masih terdapat sepuluh koperasi dari 100 KBI yang mencetak aset maupun omset Iebih dari Rp 1 triliun. Pertumbuhan ini, menurut lrsyad Muchtar, karena para pengelola koperasi besar mampu keluar dari bayang-bayang suram usaha koperasi yang selalu berkonotasi negatif, yaitu hanya menunggu kredit murah dan bantuan modal pemerintah. Selain itu, dia juga menekankan kini banyak koperasi dipimpin oleh kaum muda. Misalnya, Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia di Tangerang Banten, yang rata dipimpin orang muda berusia 24 tahun.
Selain itu, kemampuan koperasi untuk tanggap dengan perubahan teknologi yang berkembang kini juga menggembirakan. Hampir semua koperasi besar, kini familier dengan teknologi informasi. "Bahkan banyak koperasi yang membangun jaringan usahanya berbasis digital dan melakukan transaksi online sebagaimana layaknya perbankan,” pungkas lrsyad Muchtar yang juga Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Majalah Peluang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia