KONTAN.CO.ID - Berdasarkan studi Bank Dunia pada tahun 2018 tentang performa logistik, biaya logistik di Indonesia tercatat yang paling tinggi di ASEAN. Hasil studi tersebut menunjukkan biaya logistik di Indonesia mencapai 23% dari total produk domestik bruto (PDB) nasional. Tingginya biaya logistik di Indonesia banyak disumbang oleh tingginya biaya di sektor kepelabuhan. Data dari INSA (Indonesian National Shipowners’ Association) tahun 2019 mencatat, biaya kepelabuhan di Indonesia, khususnya untuk layanan internasional tergolong paling mahal di ASEAN dan Hongkong. Misalnya saja untuk layanan kapal GRT 17.068 dengan waktu kegiatan di pelabuhan 19 jam, biaya kepelabuhan Indonesia lebih mahal 48% dibandingkan Singapura. Begitu pula jika dibandingkan dengan Hongkong, biaya kepelabuhan Indonesia lebih mahal 43%. Bahkan dibandingkan dengan Port Klang di Malaysia, biaya kepelabuhan Indonesia lebih mahal 69%.
Baca Juga: Layanan Perbankan Digital Kopra by Mandiri Permudah Perusahaan Kelola Mitra Supplier Isu mahalnya biaya kepelabuhan ini turut menjadi perhatian pemerintah. Sebagai upaya menekan biaya dan memperbaiki layanan logistik di pelabuhan, pemerintah melakukan modernisasi dan digitalisasi kepelabuhan. Langkah digitalisasi kepelabuhan ini juga ditegaskan melalui Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Dalam Inpres tersebut, ada sepuluh layanan kepelabuhan yang wajib melakukan digitalisasi, yaitu layanan perizinan
single submission,
single submission joint inspection quarantine and customs,
delivery order online, SP2
online,
autogates system,
trucking,
depo container,
warehouse,
domestic vessel, serta
payment (
single billing, single payment). Uji coba ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosytem/NLE) sejak tahun 2020 menunjukkan capaian yang positif. Data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) memperlihatkan adanya efisiensi waktu dan biaya kepelabuhan yang berlangsung 24/7 nonstop melalui penerapan NLE. Di antaranya, proses DO dan SP2
online mampu menekan biaya hingga Rp402 miliar per tahun dengan efisiensi waktu mencapai 91%. Bank Mandiri turut mendukung penuh digitalisasi layanan kepelabuhan dengan menghadirkan solusi transaksi digital bagi pelaku industri kepelabuhan yang dapat diakses melalui Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri. Kopra by Mandiri hadir dengan menyediakan layanan yang dapat mengintegrasikan seluruh kebutuhan transaksi
wholesale ke dalam satu platform secara
single sign on (SSO). Fitur ini secara praktis memudahkan nasabah Bank Mandiri dalam mengakses portal yang sudah ada sebelumnya, seperti Mandiri Cash Management (MCM) 2.0, Forex Transaction, Value Chain Financing, Trade Finance, Smart Account, hingga Online Custody. Dengan Mandiri Autocollection Hot-to-Host (H2H) dalam Kopra by Mandiri, nasabah sektor kepelabuhan dapat melakukan automasi transaksi pembayaran kepada
port operator. Automasi ini dilakukan dengan memanfaatkan fitur autodebit dalam Mandiri Autocollection H2H.
Port operator atau pihak yang menerima pembayaran bersifat sebagai nasabah Principal. Mandiri Autocollection H2H terintegrasi secara
host to host antara Bank Mandiri dan ERP nasabah Principal.
Port operator dapat menggunakan fitur blokir dana milik nasabah pengguna jasa dalam Mandiri Autocollection H2H untuk memastikan ketersediaan dana. Dengan Mandiri Autocollection H2H, para pengguna dan penyedia jasa layanan kepelabuhan baik itu
port operator, perusahaan bongkar muat,
shipping lines, maupun
consignee dapat memperoleh kemudahan pembayaran serta pembiayaan jasa kepelabuhan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Mandiri Autocollection H2H, nasabah Bank Mandiri dapat segera mengunjungi bankmandiri.co.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini