Korban Meninggal Akibat Gempa di Turki dan Suriah Menyentuh Angka 54.000



KONTAN.CO.ID - ANKARA. Lebih dari satu bulan berlalu, kini jumlah korban meninggal akibat gempa dahsyat di Turki dan Suriah sudah menyentuh angka 54.000. Jumlahnya diprediksi masih akan terus meningkat, namun tidak signifikan.

Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu, pada hari Senin (13/3) mengatakan korban meninggal di Turki telah mencapai 48.448. Jika digabungkan dengan korban meninggal di Suriah, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 54.000.

Dalam pernyataannya hari Senin, Soylu mengatakan jumlah korban di Turki mencakup 6.660 warga negara asing yang sebagian besar merupakan warga Suriah. Saat ini pihak berwenang dikatakan masih berusaha mengidentifikasi 1.615 korban.


Baca Juga: Korban Gempa Turki Pikir Ulang untuk Pilih Erdogan saat Pemilu

Saat ini Presiden Turki, Tayyip Erdogan, menjadikan pembangunan kembali rumah warga sebagai prioritas. Berdasarkan perkiraan, pembangunan kembali akan memakan waktu satu tahun. Namun, butuh waktu berbulan-bulan untuk ribuan orang bisa menempatinya.

Untuk sementara pemerintah Turki berencana menyiapkan 115.585 kontainer untuk sebanyak mungkin keluarga di 239 lokasi di seluruh wilayah yang terkena dampak.

"Sejauh ini 23 lokasi telah dibangun dan 21.000 kontainer telah disiapkan dengan 85.000 orang tinggal di dalamnya," kata Soylu, seperti dikutip Arab News.

Pada pernyataan terpisah, komisi penyelidikan yang ditunjuk PBB mengatakan bahwa PBB, pemerintah Suriah, dan sejumlah pihak lainnya telah menyatakan bertanggung jawab atas keterlambatan dalam memberikan bantuan darurat kepada warga Suriah.

Baca Juga: Kontraktor Turki Terancam Bayar Ganti Rugi atas Bangunan yang Tidak Tahan Gempa

Pernyataan itu memunculkan lebih banyak kecaman terhadap PBB yang telah gagal bertindak, terutama di Suriah. Korban meninggal di Suriah berjumlah sekitar 6.000 orang, sebagian besar tinggal di barat laut yang dikuasai kelompok oposisi.

"Walaupun ada banyak tindakan kepahlawanan di bencana ini, kami juga menyaksikan kegagalan besar-besaran oleh pemerintah dan komunitas internasional, termasuk PBB, dalam mengarahkan bantuan penyelamat jiwa secara cepat kepada warga Suriah," kata Paulo Pinheiro, kepala komisi PBB untuk Suriah.

Komisi tersebut juga menyayangkan sikap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah yang masih mempersulit pemberian akses bantuan ketika bencana jelas-jelas ada di depan mata.

"Warga Suriah merasa ditelantarkan dan diabaikan oleh mereka yang seharusnya melindungi mereka, di saat-saat yang paling sulit," pungkas Pinheiro.