Korban penggusuran PT Arun ingin temui Jokowi



BANDA ACEH. Ribuan warga dari empat desa di Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, terpaksa bertahan hidup di tenda pengungsian yang mereka didirikan di jalan akses menuju komplek PT Arun LNG. Mereka sengaja mengungsi sejak November tahun 2014 lalu, untuk menuntut janji PT Arun yang ingin menggantikan lahan relokasi ke permukiman yang baru.

“Kami menuntut hak kami. Dulu saat pembangunan PT Arun tahun 1978, kami dijanjikan akan direlokasi ke permukiman yang baru. Tapi sampai sekarang tidak dipenuhi PT Arun,” kata Raziah (50) kepada Kompas.com, Minggu (08/03/2015).

Menurut Raziah, mereka rela tinggal di tenda pengungsian dengan fasilitas seadanya dan serba kekurangan. Ini dilakukan hingga mereka mendapatkan haknya seperti yang pernah dijanjikan PT Arun 44 tahun lalu.


“Di sini air bersih susah, makan juga apa adanya. Tapi kami rela untuk memperjuangkan hak kami, di sini ada hak kami,” ujarnya.

Hal yang sama dikatakan mahasiswa korban penggusuran PT Arun, Juanda. Menurut Juanda, mereka akan terus bertahan di tenda pengungsian ini hingga hingga pihak PT Arun merealisasi apa yang pernah mereka janjikan. “Kami akan terus bertahan di sini hingga ada penyelesaian sengketa ini,” katanya.

Meski sudah hampir lima bulan ribuan warga korban penggusuran PT Arun ini melakukan aksi bertahan hidup di tenda pengungsian, Pemerintah Kota Lhokseumawe belum ada upaya melakukan mediasi antara warga dan PT Arun.

Mereka pun berharap bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi saat melakukan kunjungannya ke PT Arun, yang dijadwalkan Senin (08/03/2015).

“Kami harap bisa bertemu dan menyampaikan permasalahan kami langsung kepada Presiden Jokowi. Karena sengketa ini sudah 44 tahun tidak ada penyelesaian” ujar Juanda. (Kontributor Kompas TV, Raja Umar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa