KONTAN.CO.ID - Otoritas kesehatan Palestina pada hari Rabu (20/12) melaporkan sedikitnya 20.000 orang di Gaza telah kehilangan nyawanya sejak perang dimulai 75 hari yang lalu, dengan 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan 6.200 perempuan. Ironisnya, perang semakin ganas sejak gencatan senjata selama tujuh hari pada akhir November lalu berakhir. Pertempuran darat yang sebelumnya terbatas pada bagian utara wilayah tersebut kini tersebar di seluruh wilayah gaza. Situasi ini juga terjadi ketika Dewan Keamanan PBB menunda pemungutan suara penting mengenai upaya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, karena selalu dijegal Amerika Serikat dengan hak veto.
Pada hari Rabu, serangan udara berlanjut di Gaza dan menyebabkan sedikitnya 46 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Tentara Israel menyerang kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Di Rafah, Jalur Gaza selatan, serangan udara militer Israel menghantam sebuah gedung dekat rumah sakit dan menewaskan sedikitnya 10 orang.
Baca Juga: Malaysia Resmi Melarang Kapal Israel Berlabuh di Wilayahnya Keputusan Dewan Keamanan PBB Terhambat
Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara terkait upaya meningkatkan jumlah bantuan ke Jalur Gaza. DK juga meminta PBB untuk memantau pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah itu. Sayangnya, upaya itu telah ditunda atas permintaan AS. Menurut utusan Uni Emirat Arab untuk PBB, Lana Nusseibeh, pemungutan suara akan dilakukan pada Kamis. Dokumen yang dirancang bertujuan untuk melemahkan kendali Israel atas semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke 2,3 juta orang di Gaza. Kabarnya, teks awal telah dimodifikasi untuk melunakkan seruan untuk mengakhiri pertempuran di Gaza guna menghindari veto lagi dari AS. Mengutip
Al Jazeera, saat ini Israel memantau terbatasnya bantuan kemanusiaan dan pengiriman bahan bakar ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dari Mesir dan penyeberangan Karem Abu Salem yang dikuasai Israel. Pada hari Rabu, konvoi pertolongan pertama memasuki Gaza langsung dari Yordania dengan membawa 750 metrik ton makanan. Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan, setengah dari penduduk Gaza kelaparan dan hanya 10% dari kebutuhan makanan yang masuk ke Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Perang yang bergejolak di Gaza telah menyebabkan sekitar 1,9 juta rakyat Palestina kehilangan tempat tinggalnya. Jumlah itu setara dengan 90% populasi Gaza.
Baca Juga: Israel Menyatakan Siap untuk Gencatan Senjata Sementara Fase Berikutnya Israel Terbuka untuk Gencatan Senjata
Presiden Israel, Isaac Herzog, menyatakan pihaknya terbuka untuk melakukan gencatan senjata sementara dengan Hamas di Gaza demi pembebasan lebih banyak tawanan yang ditahan oleh kelompok militan Palestina tersebut.
"Israel siap untuk jeda kemanusiaan lagi dan bantuan kemanusiaan tambahan untuk memungkinkan pembebasan sandera," kata Herzog pada pertemuan duta besar hari Selasa, dikutip
Al Jazeera. Fase gencatan senjata sebelumnya terjadi selama seminggu pada akhir November lalu. Saat itu, Hamas membebaskan 86 sandera asal Israel yang mereka tahan. Sebagai imbalan, Israel juga membebaskan 240 warga Palestina yang ditahan di Israel Sementara itu, Hamas justru menolak segala bentuk negosiasi mengenai pertukaran tahanan selama aksi genosida Israel terus berlanjut. Dalam pernyataan yang dirilis hari Selasa, Hamas hanya terbuka pada inisiatif apa pun yang berkontribusi untuk mengakhiri agresi. Hamas juga mendesak agar perbatasan terus dibuka agar bantuan kepada rakyat Palestina bisa masuk dengan lancar.