Korea incar investasi singkong di Indonesia



JAKARTA. Investor asal Korea berencana membangun tiga pabrik pengolahan singkong di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Lampung. Tiga lokasi itu dipilih karena merupakan sentra penghasil singkong di Indonesia. Muchlizar Murkan, Direktur Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian menjelaskan, pabrik pengolahan tersebut akan menghasilkan kemasan makanan berbahan baku singkong, sebagai pengganti sterofoam dan juga sebagai biodisel. “Masih belum tahu kapan mereka membangun pabriknya, saat ini mereka baru melihat-lihat lokasi,” katanya kepada KONTAN Selasa (5/10). Sayangnya, Muchlizar belum bisa memerinci lebih jauh mengenai rencana investor ini, baik mengenai nama investor, kapasitas ketiga pabrik tersebut dan berapa besar nilai investasinya. Marwah Daud Ibrahim, Ketua Masyarakat Singkong Indonesia melihat peluang masuknya investor Korea tersebut sebagai peluang bagi para petani untuk terus menggenjot produksinya. Dia mencontohkan sebuah program cluster yang telah dijalankan di Sulawesi Selatan sudah berhasil. “Di Sulawesi Selatan, itu sudah ada EN3 dari Korea, tapi mereka memang masih bertahap,” ujarnya. ia menyayangkan kenapa investor singkong justru berasal dari negara lain bukan dari negara sendiri.Borong bibitSekretaris Asosiasi Petani Singkong Indonesia (Aspesindo) Rhomy Irawan menduga, investor tersebut sudah mulai melakukan pembelian bibit singkong. Sebab sejak seminggu lalu ada pembelian bibit singkong dalam jumlah besar. Total pembelian sebesar 100.000 bibit singkong Darul Hidayah, pembelian terakhir bakal dilakukan Jumat (8/10) mendatang sebesar 60.000 bibit singkong. Menurutnya pembelian bibit ini tidak mungkin dilakukan oleh petani lokal, sebab jika dihitung membutuhkan 100 hektar lahan. “Kalau petani lokal itu lahannya paling cuma 400 meter persegi, kalau saya pikir ini pasti Korea. Soalnya selama ini yang saya tahu investor asing yang main Singkong itu dari Korea,” ujarnya. Sejumlah petani pun menyebut pembeli bibit singkong itu berasal dari Korea. Hanya saja, ada juga pembeli lokal; yang diperkirakan oleh Rhomy hanya sebagai perantara. Sebab pembeli tersebut memiliki alasan yang sama setiap kali melakukan pembelian, yaitu akan memerlukan bibit untuk lahan seluas lebih dari 10.000 hektar. Harga pembelian bibit juga berbeda dari biasanya. Biasanya, bibit singkong dibanderol Rp 175 per bibit; sementara pada saat terjadi pembelian dalam jumlah besar harganya meningkat menjadi Rp 300 per bibit, dengan catatan si pemborong bisa melakukan pemilihan dalam pembelian. Itu sebabnya saat ini Rhomy membuat harga baru untuk bibit yaitu Rp 600 per bibit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: