KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan pada hari Selasa (15/9), menyangkal tuduhan bahwa kerja sama militernya dengan AS melibatkan senjata nuklir. Tuduhan ini muncul setelah terbitnya buku karya jurnalis AS Bob Woodward, yang menjabarkan skenario perang nuklir besar-besaran antara AS dengan Korea Utara. Dalam bukunya yang berjudul
Rage, Woodward menuliskan bahwa AS telah menyusun rencana perang besar dengan Korea Utara. Ia menulis bahwa AS siap merespons serangan yang mungkin melibatkan 80 senjata nuklir.
Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran di pihak Korea Selatan yang belakangan sedang menjalin kerja sama militer dengan AS. Woodward menilai bahwa kerja sama tersebut merupakan persiapan dari perang nuklir yang akan terjadi di masa depan. Kementerian Pertahan Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa bahwa kerja sama Operational Plans (OPLAN) dengan AS tidak melibatkan penggunaan senjata militer apapun. Sebelumnya, pada hari Senin (14/9), pejabat dari kantor kepresidenan mengatakan tidak boleh ada perang lagi, termasuk perang nuklir, di semenanjung itu dan penggunaan kekuatan apapun tidak boleh terjadi tanpa persetujuan Korea Selatan.
Baca Juga: Serang balik, China sebut AS adalah ancaman terbesar bagi perdamaian dunia "Saya bisa menjamin bahwa penggunaan senjata nuklir sama sekali tidak terjadi dalam OPLAN, dan tidak mungkin menggunakan kekuatan militer tanpa persetujuan kami," ungkap perwakilan kantor kepresidenan Korea Selatan pada
South China Morning Post (15/9).
Woodward menjabarkan dalam bukunya bahwa OPLAN dirancang untuk perang nuklir. Korea Selatan menjelaskan bahwa kerja sama tersebut bertujuan untuk memetakan rencan pengerahan pasukan dan target utama. Korea Selatan, yang merupakan sekutu dekat AS, telah lama terseret dalam perseteruan antara AS dan Korea Utara. Dua negara ini bahkan sempat disebut sedang ada di ambang perang. Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengadakan pertemuan pada tahun 2018 di Singapura, merupakan pertemuan bersejarah antara kedua negara. Pertemuan dengan tujuan denuklirisasi Korea Utara ini berakhir tanpa hasil bahkan sejak pertemuan kedua diadakan awal tahun lalu. Meskipun demikian, kini hubungan kedua negara terlihat cukup harmonis.