Korea Utara akan Luncurkan Satelit Baru dan Membuat Drone, Perang Tak Dapat Dihindari



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara berjanji akan meluncurkan tiga satelit mata-mata baru, membuat drone militer dan meningkatkan persenjataan nuklirnya pada tahun 2024. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan, kebijakan AS membuat perang tidak dapat dihindari.

Mengutip KCNA, seperti diberitakan Reuters, Minggu (31/12), Kim mengecam Washington dalam pidato panjangnya dalam pertemuan partai berkuasa yang menetapkan tujuan kebijakan ekonomi, militer dan luar negeri untuk tahun mendatang.

“Karena tindakan musuh yang sembrono untuk menyerang kami, sudah menjadi kenyataan bahwa perang bisa pecah kapan saja di semenanjung Korea,” katanya, menurut kantor berita negara KCNA.


Dia memerintahkan militer bersiap untuk menenangkan seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk dengan bom nuklir jika perlu, sebagai respons terhadap serangan apa pun.

Pidato Kim disampaikan menjelang tahun pemilu penting di Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Korea Utara Akan Luncurkan Empat Satelit Mata-Mata Lagi pada Tahun 2024

Para ahli memperkirakan Korea Utara akan mempertahankan kampanye tekanan militer untuk memanfaatkan pengaruhnya menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November, yang mungkin akan menyaksikan kembalinya mantan Presiden Donald Trump, yang saling bertukar ancaman dan diplomasi bersejarah dengan Kim.

“Pyongyang mungkin menunggu pemilu presiden AS untuk melihat provokasi apa yang bisa menebusnya pada pemerintahan berikutnya,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan perundingan, namun mereka memberlakukan sanksi baru ketika Korea Utara terus melanjutkan uji coba rudal yang dilarang berdasarkan sanksi PBB.

AS juga meningkatkan latihan dan mengerahkan lebih banyak aset militer, termasuk kapal selam bersenjata nuklir dan kapal induk besar, di dekat semenanjung Korea.

“Provokasi lebih lanjut selalu mungkin dilakukan untuk menyoroti kehadiran Korea Utara menjelang pemilihan presiden AS,” kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan dalam sebuah pernyataan yang menganalisis laporan KCNA.

“(Korea Utara) dapat mempertahankan sikap kerasnya terhadap AS dan solidaritas anti-Amerika, anti-imperialis, dan pada saat yang sama juga mencari peluang untuk membalikkan keadaan.”

Menekan Maju

Kim mengatakan kembalinya senjata-senjata tersebut telah sepenuhnya mengubah Korea Selatan menjadi pangkalan militer terdepan dan persenjataan nuklir Amerika Serikat.

“Jika kita mencermati aksi militer konfrontatif yang dilakukan pasukan musuh… kata perang telah menjadi kenyataan yang realistis dan bukan sebuah konsep abstrak,” kata Kim.

Kim mengatakan dia tidak punya pilihan selain terus melanjutkan ambisi nuklirnya dan menjalin hubungan lebih dalam dengan negara-negara lain yang menentang Amerika Serikat. Korea Utara memiliki hubungan yang erat dengan China dan Rusia.

“Korea Utara sedang mempersiapkan peningkatan ketegangan lebih lanjut dengan Washington dan Seoul, setidaknya selama satu tahun atau lebih, dan kebijakan garis kerasnya kemungkinan besar akan dibarengi dengan upaya dialog menjelang pemilu AS,” kata Yang Uk, seorang analis di Asan Institute for Policy Studies.

“Kim memanfaatkan kesuksesan satelit mata-matanya untuk melakukan tiga hal lagi karena dia tahu kemampuan satelit adalah alat penargetan yang kuat untuk komando dan kendali nuklir yang lebih baik.”

Korea Selatan mengadakan pemilihan parlemen pada bulan April yang dapat berdampak pada agenda dalam dan luar negeri Presiden konservatif Yoon Suk Yeol, yang mempertahankan sikap hawkish terhadap Pyongyang.

Baca Juga: Kim Jong Un Minta Militernya Percepat Persiapan Perang

Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan memperingatkan pada hari Kamis bahwa ada kemungkinan besar bahwa Korea Utara secara tidak terduga dapat melakukan provokasi militer atau melancarkan serangan siber pada tahun 2024, ketika situasi politik diperkirakan akan berubah-ubah menjelang pemilu.

Kim mengatakan, Pyongyang kini telah mengesampingkan kemungkinan bersatu dengan Korea Selatan, dan negara tersebut harus mengubah prinsip dan arahnya secara mendasar terhadap Korea Selatan.

“Hubungan Utara-Selatan bukan lagi hubungan kekerabatan atau hubungan yang homogen, namun telah sepenuhnya menjadi hubungan antara dua negara yang bermusuhan, dua pihak yang berperang,” katanya, seraya menyebut Korea Selatan sebagai negara jajahan yang sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat untuk pertahanan dan keamanan nasional. 

Baik partai berkuasa Yoon maupun partai oposisi demokratis mengecam laporan hari Minggu tersebut dan mendesak Korea Utara untuk kembali berdialog untuk perundingan perdamaian.

“Jika Korea Utara mengulangi tindakan permusuhannya, kami akan merespons dengan tegas dengan menggunakan segala cara dan metode… Jika rezim Kim Jong-un salah menilai situasi dan membuat keputusan yang salah, Republik Korea pasti akan memperbaikinya berdasarkan kekuatannya yang luar biasa, " kata Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa dalam sebuah komentar.

Kim juga berjanji untuk mengembangkan perekonomian, termasuk sektor logam, kimia, listrik, mesin dan kereta api, sambil memodernisasi fasilitas gandum untuk meningkatkan produksi.

Salah satu tujuan kebijakan utama adalah berinvestasi dalam penelitian sains dan teknologi di sekolah. ​

Editor: Herlina Kartika Dewi