KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Setelah Rusia, kini giliran Korea Utara yang menyampaikan kecurigaannya atas keterlibatan AS dan negara Barat lain dalam insiden ledakan pipa gas Nord Stream tahun lalu. Kim Jong Gyu, Direktur Jenderal Departemen Urusan Rusia di Kementerian Luar Negeri Korea Utara, pada hari Senin (2/10) mengatakan bahwa AS dan Barat berusaha menyembunyikan sesuatu dengan menolak adanya penyelidikan bersama skala internasional atas insiden tersebut. Penyelidikan bersama tersebut diusulkan oleh Rusia dan akan berjalan di bawah pengawasan PBB.
Baca Juga: Kapal Angkatan Laut Rusia Diduga Ada di Sekitar Nord Stream Sebelum Insiden Ledakan "Mereka (AS dan Barat) tidak pernah memberi tahu Rusia tentang hasil penyelidikan mereka. Ini hanyalah tipu muslihat kecil-kecilan untuk menutupi jejak keterlibatan mereka dalam kejahatan sabotase tersebut," kata Jong Gyu, dikutip
KCNA. Lebih lanjut, Jong Gyu mendesak agar komunitas internasional mendukung saran Rusia untuk melakukan penyelidikan yang tidak memihak dan terperinci terhadap ledakan di Nord Stream. "Situasi ini mengungkap kebijakan standar ganda yang kurang ajar dan rancangan jahat Amerika dan Barat untuk menjelek-jelekkan negara-negara merdeka dengan melukiskan gambaran hitam tentang negara-negara tersebut. Di saat yang sama, mereka sering kali berbicara tentang keadilan dan objektivitas," imbuhnya.
Baca Juga: Kremlin: Ada AS dan Inggris di Balik Insiden Nord Stream Sejalan dengan Rusia
Sebelum Korea Utara, Rusia pekan lalu juga menyebut AS dan Inggris terlibat dalam insiden tersebut dengan cara tertentu. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut serangan teroris terhadap jaringan pipa Nord Stream diorganisir oleh AS dan Inggris. Peskov yakin dua sekutu Barat itu terlibat dalam segala hal yang terjadi. Keyakinan ini disampaikan Peskov menyusul terbitnya artikel buatan Seymour Hersh, seorang jurnalis yang menginvestigasi insiden Nord Stream.
Baca Juga: Dua Warga Negara Ukraina Diduga Terlibat dalam Insiden Ledakan Pipa Gas Nord Stream Dalam artikelnya, Hersh mengatakan bahwa AS meledakkan jaringan pipa Nord Stream karena takut kehilangan pengaruhnya terhadap Jerman dan Eropa. Peskov semakin yakin bahwa AS dan Inggris memang ada di balik insiden kebocoran pipa Nord Stream karena laporan Hersh sejalan dengan hasil penyelidikan Rusia. "Kami tidak tahu siapa sumber (yang dihubungi) Tuan Hersh, tetapi bagaimanapun juga, pada dasarnya, informasi yang dia terbitkan jelas bertepatan dengan data yang dimiliki oleh layanan khusus kami," kata Peskov, dikutip
TASS.