JAKARTA. Korea Utara menggelar parade militer besar-besaran merayakan 60 tahun gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea. TV Korea Utara menayangkan, tentara dan perlengkapan militer berparade di ibukota Pyongyang dalam sebuah koreagrafi yang teratur. Dalam parade tersebut tentara dan pengunjung meneriakkan sumpah kesetiaan mereka kepada pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-un.
Tahun 1950-53 Perang Korea berakhir dalam sebuah gencatan senjata antara Utara dan Selatan sehingga secara teknis sebenarnya kedua negara masih terlibat dalam perang. Wartawan BBC melaporkan, parade bersenjata dan pasukan berbaris ini mengingatkan pada parade yang sama yang digelar Uni Soviet dan China saat Perang Dingin dulu. Tayangan TV juga menunjukkan Kim Jong-un berjalan ke podium melalui karpet merah dengan iringan musik militer. Dia menyaksikan parade didampingi oleh para pemimpin militer dan partai. Spanduk raksasa diterbangkan dengan balon gas dan di lapangan utama di Pyongyang dipenuhi dengan bendera Korea Utara. Sebelumnya dalam beberapa pekan terakhir Korea Utara telah menggelar parade massa dan mempertunjukkan kembang api dalam perayaan ini. 'Tidak toleransi provokasi' Perayaan ini berlangsung di saat Korea Utara dan Selatan mencoba untuk mengembalikan situasi setelah satu periode tensi tinggi diantara kedua negara. Awal bulan ini, kedua negara menuntaskan putaran ketiga pembicaraan terkait pembukaan kembali kawasan industri bersama Kaesong tanpa ada kesepakatan yang dicapai. Pekerjaan di industri Kaesong ditutup sejak pertengahan April lalu saat Korut menarik para pekerja mereka.
Kebijakan itu dikeluarkan ditengah-tengah hubungan yang memanas antara dua Korea setelah Pyonyang menggelar tes nuklir Februari lalu. Sementara di Korea Selatan, perayaan 60 tahun gencatan senjata ini ditandai dengan pidato Presiden Park Geun-hye. Dia berjanji tidak akan mentoleransi provokasi dari Utara tetapi juga mengatakan Seoul akan bekerja untuk membangun kepercayaan bersama Korut. "Saya mendesak Korea Utara untuk menyerah dalam pembangunan senjata nuklir jika negara itu ingin memulai jalur perubahan dan kemajuan sejati,'' katanya.
Editor: Asnil Amri