KONTAN.CO.ID - SEOUL. Media Korea Utara merilis sejumlah foto yang menunjukkan potret pemimpin Kim Jong Un tergantung mencolok di samping foto ayah dan kakeknya. Ini merupakan upaya untuk memperkuat statusnya sebagai pemimpin yang setara dengan para leluhurnya.
Reuters memberitakan, ini merupakan kali pertama media pemerintah mempublikasikan foto Kim yang digantung di samping foto pendiri negara Kim Il Sung dan mendiang ayahnya Kim Jong Il, yang memerintah negara tersebut hingga kematiannya yang mendadak pada tahun 2011.
Foto-foto tersebut, yang diambil pada pembukaan sekolah baru untuk melatih kader Partai Buruh yang berkuasa, menunjukkan potret raksasa dari tiga generasi yang dipajang di fasad bangunan megah tersebut. Dalam foto-foto lain, Kim terlihat berbicara dengan para pembantunya, termasuk perdana menteri kabinet, di ruang kelas dengan potret ketiganya tergantung di atas papan tulis di bagian depan. Kim mengatakan pada upacara pembukaan bahwa lokasi sekolah tersebut dipilih karena dekat dengan istana tempat Kim Il Sung dan Kim Jong Il disemayamkan. "Sehingga para pemimpin besar dapat mendengar setiap kata bahkan bisikan para siswa," tulis
KCNA. Media pemerintah tidak mengomentari maksud di balik pemasangan potret tersebut atau mengatakan apakah itu telah menjadi standar di seluruh negeri untuk semua tempat umum dan ruang kelas.
Baca Juga: Kim Jong Un Kirim Pesan Duka ke Iran: Kematian Raisi adalah Kerugian Besar Dinasti keluarga Kim yang memerintah Korea Utara sejak didirikan setelah Perang Dunia Kedua berupaya memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan dengan membangun kultus kepribadian di sekitar mereka. Langkah lain yang dilakukan baru-baru ini yang bertujuan untuk meningkatkan citra Kim Jong Un adalah dengan merilis sebuah lagu ceria yang memujinya sebagai "ayah yang ramah" dan "pemimpin yang hebat" dalam sebuah video musik yang menampilkan warga Korea Utara dari semua lapisan masyarakat yang menyanyikan lirik lagu tersebut.
Baca Juga: Adik Kim Jong Un Bantah Adanya Pertukaran Senjata dengan Rusia Ada juga spekulasi bahwa media pemerintah menghentikan penggunaan istilah "Hari Matahari" untuk menggambarkan hari libur pada ulang tahun kelahiran Kim Il Sung yang bisa mengalihkan perhatian masyarakat dari pemimpin saat ini.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie