KONTAN.CO.ID - Korea Utara menyatakan siap meluncurkan tiga satelit mata-mata baru, membangun drone tempur, serta memperkuat senjata nuklirnya di tahun 2024. Pemerintah Kim Jong Un percaya bahwa perang tidak dapat dihindari. Kantor media resmi Korea Utara,
KCNA, pada hari Minggu (31/12) juga melaporkan bahwa Kim menyalahkan kebijakan AS yang membuat perang semakin dekat. "Karena tindakan nekat musuh yang menyerang kita, sudah menjadi kenyataan bahwa perang bisa pecah kapan saja di semenanjung Korea," kata Kim.
Dalam sambutan panjang yang mengakhiri pertemuan partai berkuasa selama lima hari, Kim turut memerintahkan militer Korea Utara untuk menjinakkan seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk dengan dengan bom nuklir jika perlu.
Baca Juga: Kim Jong Un Meminta Senjata Nuklir Korea Utara Segera Disiapkan Laporan terbaru dari KCNA itu jelas langsung mendapatkan perhatian serius dari Korea Selatan. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengutuk rencana tetangganya itu yang ingin melanjutkan ambisi nuklirnya. "Jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir untuk melawan kita, kita akan membalas secara besar-besaran dengan memanfaatkan secara dramatis, memperkuat kemampuan pencegahan aliansi Korea Selatan-AS, dan rezim Kim Jong-Un akan menghadapi kehancurannya," kata pihak kementerian. Sejalan dengan itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa provokasi lebih lanjut selalu mungkin dilakukan untuk menyoroti kehadiran Korea Utara menjelang pemilihan presiden AS. "Korea Utara dapat mempertahankan sikap kerasnya terhadap AS dan solidaritas anti-Amerika, anti-imperialis, dan pada saat yang sama juga mencari peluang untuk membalikkan keadaan," ungkap Kementerian Unifikasi.
Baca Juga: Korea Selatan Pesan 20 Unit Jet Tempur F-35A Baru Dari AS Kehadiran Militer AS Semakin Intens
AS telah meningkatkan latihan dan mengerahkan lebih banyak aset militer, termasuk kapal selam bersenjata nuklir dan kapal induk besar di dekat semenanjung Korea.
Bagi Kim Jong Un, hadirnya armada militer AS itu telah sepenuhnya mengubah Korea Selatan menjadi pangkalan militer terdepan dan persenjataan nuklir AS. "Jika kita mencermati aksi militer konfrontatif yang dilakukan pasukan musuh, kata 'perang' sudah menjadi sebuah kenyataan yang realistis dan bukan sebuah konsep yang abstrak," kata Kim. Kim menambahkan, dirinya tidak memiliki pilihan selain terus melanjutkan ambisi nuklirnya dan menjalin hubungan lebih dalam dengan negara-negara lain yang berseberangan dengan AS. Untuk saat ini Korea Utara dekat dengan China dan Rusia. Kim juga berjanji untuk mengembangkan perekonomian, termasuk sektor logam, kimia, listrik, permesinan dan kereta api, serta memodernisasi fasilitas gandum untuk meningkatkan produksi.