Korea Utara Robohkan Monumen yang Melambangkan Persatuan dengan Korea Selatan



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara telah menghancurkan sebuah monumen besar di ibu kotanya, yang melambangkan tujuan rekonsiliasi dengan Korea Selatan atas perintah pemimpin Kim Jong Un. 

Pada pekan lalu, Kim menyebut Korea Selatan sebagai "musuh utama" dan menegaskan unifikasi tidak lagi diperlukan. 

Melansir Reuters yang mengutip NK News, pada Selasa (23/1/2024), citra satelit Pyongyang menunjukkan bahwa monumen tersebut, sebuah lengkungan yang melambangkan harapan untuk reunifikasi Korea yang selesai setelah pertemuan puncak antar-Korea pada tahun 2000, sudah tidak ada lagi. Informasi saja, NK News merupakan sebuah media online yang memantau Korea Utara. 


Reuters tidak dapat memastikan secara independen bahwa monumen tersebut, yang secara informal dikenal sebagai Gapura Reunifikasi, telah dibongkar.

Kim menyebut monumen itu "merusak pemandangan" dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada 15 Januari, di mana ia memerintahkan amandemen konstitusi untuk mengatakan Korea Selatan adalah musuh utama yang tidak pernah berubah.

Baca Juga: Korea Utara Sebut Vladimir Putin Bakal Berkunjung ke Pyongyang Lebih Cepat

Ketegangan meningkat di semenanjung Korea menyusul intensifnya manuver militer yang dilakukan oleh militer Korea Selatan dan AS sebagai tanggapan terhadap uji coba senjata oleh Korea Utara. Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya bersiap untuk “perang nuklir” dengan musuh-musuhnya.

Berdasarkan catatan pemerintah Korea Selatan, lengkungan tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional, berdiri setinggi 30 meter dan merupakan simbol dari tiga piagam. Yaitu kemandirian, perdamaian, dan kerja sama nasional.

Ketika ditanya apakah Korea Utara tampaknya mengubah sikapnya dalam konflik dengan Korea Selatan, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa, "Kami mengamati hal ini dengan sangat, sangat cermat."

Dia menambahkan, "Saya hanya ingin memberitahu Anda bahwa kami tetap yakin bahwa postur pertahanan yang kami pertahankan di semenanjung ini sesuai dengan risiko yang ada."

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang mulai menjabat pada tahun 2022, telah mengambil tindakan keras terhadap Korea Utara, menyerukan tanggapan segera dan keras terhadap tindakan militer Korea Utara yang telah meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.

Baca Juga: Korea Selatan Janji Bakal Bikin Pasar Keuangannya Lebih Menarik Bagi Asing

Korea Utara telah berjanji untuk memusnahkan Korea Selatan jika diserang oleh pasukan Selatan dan AS. Pada akhir tahun lalu, Korea Utara menyatakan bahwa perjanjian penting yang ditandatangani dengan Korea Selatan pada tahun 2018 yang bertujuan untuk meredakan ketegangan militer, tidak berlaku lagi.

Menyusul pidato Kim pekan lalu, majelis Korea Utara menghapuskan lembaga-lembaga penting pemerintah yang telah berperan penting dalam pertukaran selama beberapa dekade dengan Seoul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie